4a. EKAM EWA ADWITYAM BRAHMAN.
(Upanishad IV.2.1)
Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya.
4b. Yo nah pita janita yo nidhata,
dhanani veda bhuvanani visva,
yo devanam namadha eka eva,
tam samprasnam bhuvana yantyanya
(Rg Veda X. 83. 3).
Oh, Bapa kami, pencipta kami, pengatur kami yang mengetahui semua keadaan, semua apa yang terjadi,
Dia hanyalah Esa belaka memikul nama bermacam-macam dewa.
Kepada Nyalah yang lain mencari-cari dengan bertanya-tanya.
4c. Indram mitram varunam
agnim ahur atho divyah
Ekam sad vipra bahudha vadantyagnim
yarnam mata-risvanam ahuh
(Rg Veda 1.164.46).
Mereka menyebut Indra, Mitra, Varuna, Agni dan Dia yang bercahaya, Â yaitu Garutman yang bersayap elok, Satu Kebenaran itu, orang bijaksana menyebut dengan banyak nama seperti Agni, Yama, Matarisavan.
4d. Tad evagnis tad adityas
tad vayus tad u candramah,
tad eva sukra tad brahma
ta apan sa prajapatih
(Yajur Veda 32.1).
Agni adalah Itu, Aditya adalah Itu,
Vayu adalah Itu, Candrama adalah Itu,
Cahaya adalah Itu, Brahman adalah Itu,
Apah adalah Itu, Prajapatilah Ia.
Keseluruhan ayat-ayat itulah yang membentuk bangunan teologi Hindu,  ibarat ribuan bata yang membentuk sebuah rumah. Mungkin ada satu dua  bata yang terlihat berbeda, bila diambil satu dua biji seolah tidak  dapat dikenali sebagai bagian dari sebuah rumah. Namun begitu diletakkan  di tempatnya, maka keseluruhan bangunan akan nampak jelas --- sejelas  umat Hindu memahami ke-Esa-an Tuhan nya.Â
Sekali lagi, ulasan ini  ditujukan kepada semua orang, sebagai jawaban atas statement Eggi  Sujana yang viral di media. Saya tidak memahami ajaran Kristen, tidak  mendalami ajaran Budha, tidak tertarik dengan ajaran Islam, sehingga  saya tidak memiliki kapasitas menilai ajaran2 tersebut. Yang saya  pahami, ada jutaan umat manusia, bahkan diantaranya milyaran, yang  menganut ajaran2 agama tersebut, dan saya percaya -- didorong oleh  ajaran agama saya -- bahwa mereka semua pantas mendapatkan rasa hormat  sebagaimana saya ingin keyakinan saya dihormati. Agama saya juga  mengajarkan bahwa agama itu adalah ageming hati, ibarat jalan yang  berbeda2 yang ditempuh sesuai kecenderungan dan karma masing2. Tuhan  dalam ajaran Hindu yang saya pahami, juga bukan sekelas kepala suku yang  melindungi anggota sukunya saja tetapi membenci dan memerangi kelompok  lain yang tidak bersedia bergabung kedalam sukunya. Dalam Bhagavad Gita,  Tuhan yang saya temukan ajarannya Maha Baik itu bersabda :
"samo 'ham sarva-bhutesu
na me dvesyo 'sti na priyah
ye bhajanti tu mam bhaktya
mayi te tesu chapy aham"
(Bhagwat Gita IX.29)
AKU adalah sama pada semua mahluk
BagiKU tidak ada mahluk yang terbenci atau yang tercinta
Tapi bagi mereka yang memujaKU dengan sepenuh hati
Maka mereka (akan menemukan diriKU) ada didalam mereka
Dan (menemukan diri mereka) ada didalamKU
Terakhir, saya percaya dengan kebaikan universal. Ialah kebaikan yang  sesuai dengan nurani kita sebagai manusia. Kebaikan universal ini bisa menyatukan semua agama bahkan hingga yang tidak beragama. Ajaran Hindu  menyebutnya Tat Twam Asi. Orang modern menyebutnya "the golden rule".  Yang lain menyebutnya empathy.
 Pada intinya, ajaran ini berkata  "perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan, atau jangan  perlakukan orang lain bila kamu tidak suka diperlakukan dengan cara yang  sama". Saya tidak suka dihina, maka saya tidak menghina, karena orang  lain juga pasti tidak suka.Â
Jadi bila kita tidak suka orang lain  menafsirkan ajaran agama kita tanpa pengetahuan, kita juga semestinya  tidak menafsirkan ajaran agama orang lain dengan pengetahuan yang  terbatas. Itulah yang disebut empathy. The golden rule. Weda menyebutnya  Tat Twam Asi. Empathy ini, the golden rule ini, tat twam asi ini,  adalah ciri keadaban kita, anugerah yang diberikan kepada kita, manusia,  yang membedakan kita dari hewan.Â