"Bahkan, data dari Arab  sendiri menyatakan ketika orang Arab datang ke Majapahit, itu  menyatakan bahwa Raja Majapahit masih orang KAFIR"
(Irawan DJoko Nugroho, Ahli filologi UGM)
Cukup jelas, ya ?
B. Majapahit dari kacamata Hindu Bali.
* Â Serat Dharmogandul (Mitologi Sabdapalon)
Sabdapalon atau Sabdo Palon adalah tokoh legendaris yang dianggap  sebagai penasehat Brawijaya V, penguasa terakhir yang beragama  Siwa-Budha dari kerajaan Majapahit.
Disebutkan bahwa Sabdapalon  tidak terima saat Brawijaya digulingkan oleh tentara Demak yang beragama  Islam. Ia lalu bersumpah akan kembali setelah 500 tahun, saat "orang  jawa kehilangan jati dirinya" dan banyak bencana melanda, untuk  mengembalikan kejayaan agama dan kebudayaan Jawa.
Secara umum, banyak orang-orang Hindu yang mempercayai mitologi ini.
* Leluhur orang Hindu Bali berasal dari Jawa
Dalam silsilah atau babad yang dipercaya oleh orang Hindu Bali,  disebutkan bahwa tersebutlah seorang suci di TANAH JAWA bernama Dang Hyang Bajrasatwa, beliau berputra Dang Hyang Tanuhun atau Mpu Lampita.  Mpu Lampita inilah yang melahirkan 5 Maharsi yang dipercaya dikirim ke  Bali untuk menata kehidupan keagamaan di Bali. 5 Maharsi itu adalah Mpu Gnijaya, Mpu Semeru, Mpu Gana, Mpu Kuturan dan Mpu Baradah.Â
Sampai saat ini  sistem adat dan parahyangan di Bali dipengaruhi oleh sistem yang  dasar2nya diletakkan oleh 5 maharsi yang juga dikenal dengan sebutan  "panca tirta" ini. Beliau2 juga distanakan di berbagai pura, yaitu Mpu  Gnijaya di Pura Lempuyang Madya, Mpu Gana di Gelgel dan Mpu Kuturan di  Pura Silayukti. Para Mpu ini juga yang melahirkan keturunan yang menjadi "klan" dalam masyarakat Bali saat ini, misalnya Mpu Gnijaya yang melahirkan trah (klan) pasek (pasek sanak sapta rsi) sebagai klan terbesar dari sisi kuantitas. Gelar Mpu juga digunakan hingga saat ini khususnya untuk Pendeta Hindu dari klan Pasek.
C. Kesimpulan
1. Dari keseluruhan bukti  arkeologis di semua pemeringkatan diatas, secara meyakinkan dapat  dikatakan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu. Data2 arkeologis itu  saling melengkapi, terkait berkelindan saling menguatkan bahwa sistem  teologi saat itu adalah Hindu Budha.
2. Fakta2 arkeologis itu didukung pula oleh "bukti2 hidup" yaitu tradisi, sistem dan kepercayaan yang masih eksis saat ini dalam masyarakat Hindu yang bersumber dari tradisi, kepercayaan dan tokoh2 jaman Majapahit.
3. Bahwa ada beberapa artefak  yang menunjukkan budaya atau keyakinan lain, itu semata menunjukkan  Majapahit adalah kota besar dimana banyak bangsa mampir dan melakukan  transaksi. Beberapa meninggal di Majapahit dan dikubur sesuai keyakinan  mereka. Di Bali juga saat ini dapat ditemukan kuburan cina, kuburan  muslim bahkan uang kepeng cina masih digunakan dalam upacara adat.
4. Dari aspek psikologis, klaim2 atas tokoh besar atau sejarah besar oleh kelompok tertentu, itu lebih menunjukkan  sindrom rendah diri, sehingga melahirkan fenomena "social climber" dimana orang  tampil menipu melebihi kapasitas dan kondisi sesungguhnya. Dalam banyak hal mereka terpaksa  mengklaim sesuatu yang besar agar dapat terlihat besar.
5. Namun demikian,  makin lama masyarakat akan semakin maju. Masyarakat yang maju akan semakin  menghargai tradisi intelektual, sehingga klaim2 amatiran semakin tidak  mendapatkan tempat.
6. Terakhir, kita perlu merenungi pesan dari kitab Hindu ini :
Abdhir gatrani cudhayanti,
manah satyena cudhayanti,
widyatapobhyam bhratatma,
buddhir jnanena cudhayanti
 (Manawa Dharmasastra,V.109)
 Tubuh dibersihkan dengan air,
Pikiran dibersikan dengan kejujuran,
Atman dibersihkan dengan ilmu dan tapa,
Akal dibersihkan dengan kebijaksanaan.