Petang pun pada akhirnya terhampar indah di deret sawah dan  bukit barisan yang menyangga Kamang Hilia. Setelah bertamu ke rumah Zulharli, tiba saatnya saya bertolak pulang dengan segenap perasaan yang terkesima dengan capaian nagari sebagai desa antikorupsi.
Buek arek di Kamang Hilia adalah contoh betapa pemerintahan itu dikelola dengan baik yang didukung penuh segenap elemen yang berawal dari pembentukan karakter. Sepanjang pembicaraan saya dengan wali nagari, setidaknya ada dua desa lagi di Sumatra Barat yang akan dicanangkan menjadi desa antikorupsi. Satu desa di Pariaman, dan satu desa di Lubuk Basung.
Ini tentu sinyal positif. Betapa desa sebagai wilayah terkecil dari pemerintahan, bisa menjadi ujung tombak pembangunan nasional bila dana desa dikelola dengan baik dan tepat sasaran. Semoga ke depan semakin banyak desa antikorupsi yang lahir hingga bertahap membentuk kabupaten, kota, dan propinsi yang juga  antikorupsi.     Â
Budi Saputra. Diundang dalam Ubud Writers and Readers Festival 2012. Ia menulis cerpen dan puisi di berbagai media massa. Seorang guru bahasa Indonesia dan bergiat di komunitas menulis Mazhab Panam, Pekanbaru.Â
Email: labirinjiwa20@gmail.com Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H