3. mengontrol sistem finansial dan kredit.
4. mengontrol dan memiliki pengaruh yang besar pada ilmu pengetahuan dan komunikasi (Susan Strange, 1987).
Sebuah negara bisa saja memperoleh apa yang diinginkannya di percaturan politik dunia dikarenakan oleh beberapa faktor, misalnya kekaguman terhadap nilai-nilai atau aspirasinya dalam peningkatan prospek kerja sama serta keterbukaan ekonomi.Â
Soft power hanya bisa digunakan apabila pihak lain mengenali upaya tersebut, memiliki harapan yang sama dalam pelaksanaaannya dan menguatkantekad tersebut untuk mencapai tujuan bersama. Sesuai dengan pernyataan Joseph S Nye (2004), di tengah masyarakat bebas, soft power tidak berlaku bagi pihak-pihak yang ingin mendominasi kekuasaan dengan cara menancapkan pengaruhnya secara paksa.Â
Dari pernyataan Nye yang dikemukakan pada alinea di atas, muncul kata kunci yang baru bahwa soft power hanya bisa efektif dilaksanakan apabila pihak lain mengenali upaya tersebut.Â
Maka ada sebuah mekanisme yang diperlukan guna melingkupi praktik soft power tersebut. Mekanisme tersebut yang kemudian hadir, tumbuh dan berkembang dalam pemanfaatan soft power di Eropa dan Norwegia, dikenal dengan istilah soft diplomacy.
Pendekatan power di dalam terminologi barat adalah konsep smart power yang coba diajukan oleh Joseph S. Nye Jr. yang di dalam bukunya berjudul The Powers to Lead, dimana di dalam buku itu beliau mencoba embrio sebuah kohesifitas antara hard power dan soft power, bentuk sintesa dari power itu kini menjadi trend didalam perilaku negara.
Budiono_Mahasiswa Universitas Siber Asia
Referensi:
Nye, Joseph S, 2008. Public Diplomacy and Soft Power.The ANNALS of the American Academy of Political and Social Science, Vol 616, Issue 1, pp. 94 -- 109, First Published March 1, 2008
Nye, Joseph S, 2004. Soft Power: The Means to Success in World Politics.PublicAffairs
Yani, Yanyan Mochamad Yani & Lusiana, Elnovani (2018). Soft Power dan Soft Diplomacy. Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02