Mohon tunggu...
Budiman Sukma
Budiman Sukma Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Takut terperangkap alienasi dan hanya berakhir di keranjang belanja.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ironi Anak dan Orang Tua

3 Agustus 2015   00:31 Diperbarui: 3 Agustus 2015   07:20 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sejak seorang anak membutuhkan susu, makanan, pakaian, mainan, sekolah, perguruan tinggi, sejak itu pula mereka berdua menahan pandangan dari dunia yang menawarkan gegap gempita materialisme.

 

Kedua orang tua, adalah Tuhan di dunia. Menjaga kita dari rasa malu dan ketakutan akan dunia. Ayah dan ibu berkorban setiap detik, tidak akan berhenti mereka melakukan itu, bahkan jika mereka sedang tertidur dalam kelelahan.

 

Tak ada satupun dari mereka yang dengan sengaja nampak miskin di depan anak-anaknya, mereka akan nampak kaya raya. Bukan karena takut nampak memalukan, tapi mereka akan bergetar saat kita mulai mengkhawatirkan mereka. seluruh perhiasan duniawi yang melekat pada kita, yang dengannya kita berjalan bangga di atas bumi adalah tetesan keringat yang melelahkan, sementara mereka cukup dengan berbahagia dengan tingkah menggemaskan kita. Dan bodoh kita bahkan tidak menyadarinya. Kita kerus dan habiskan begitu saja.

 

Mari kita bertaruh, siapa diantara mereka yang menikmati makanan lebih banyak dan lebih nikmat dari anak-anaknya? Siapa diantara mereka yang menggunakan pakaian dan perhiasan yang lebih indah dari anak-anaknya? Siapa diantara mereka yang nampak lebih anggun dan gagah ketimbang anak-anaknya. Saya bertaruh, tidak ada orang tua yang sanggup memilih jalan itu.

 

Lalu, siapakah diantara kita, yang selalu meminta lebih? Siapakah yang tak sanggup hidup jika tidak memiliki pakaian yang lebih indah dari teman-teman kita, siapakah yang hidup berlebihan dan memabukkan? Siapakah yang begitu bersemangat di depan keranjang belanja, yah siapa lagi, kitalah anak-anak yang hidup di atas mimpi dan kerja keras orang tua. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun