Politik yang sehat mempertarungkan gagasan, menawarkan ide dan menjauhi isu-isu yang memecah belah keutuhan masyarakat. Politik sebagai ekspresi integrasi sosial, mestinya berjalan secara menyenangkan, penuh tawa dan canda buat semua.
Politik tidak semestinya mengkotak-kotakkan masyarakat dalam sekat kelompok, yang bahkan kita saksikan berlanjut pada kebencian dan rivalitas abadi.
Untuk pertarungan ide dan gagasan, bisalah kita nikmati dalam pilkada Jakarta. Namun dalam hal politik menyenangkan, rasa-rasanya jauh panggang dari api. Bro-boro menyenangkan, Pilkada DKI malah sarat aroma kebencian yang sebetulnya kita semua membenci kebencian itu.
Ah, sudahlah! Lebih baik kita bahas aspek pertarungan gagasan dalam Pilkada DKI ini.
Satu hal yang paling riuh dalam soal pertarungan gagasan adalah soal reklamasi. Paslon Ahok-Djarot, meski tidak menjadikan reklamasi sebagai bahan kampanye, namun dalam periode kepemimpinan mereka, reklamasi diberi karpet merah.
Dipandang sebagai agenda penyelamatan Ibu Kota, apek-aspek legal reklamasi yang diajukan oleh swasta, direstui keduanya. Tentu saja dengan sokongan pemerintah pusat yang juga terkait dengan rencana membangun tanggul raksasa di Pantai Utara Jakarta.
Memang, restu Ahok-Djarot atas reklamasi tidak berjalan mulus. Terutama karena ada sekelompok LSM (dan belakangan nelayan Muara Angke mengakui mereka selalu diprovokasi oleh LSM) menolak reklamasi. Reklamasi yang sebetulnya ide sangat lama, ada sejak zaman Soeharto, akhirnya jadi riuh dan jadi panggungpolitik. Â Syarifuddin Baso, Tokoh nelayan Muara Angke menolak dipolitisasi. "Intinya kami menolak diperalat dalam politik Pilkada DKI karena sebagian besar nelayan asli tak lagi mempersoalkan reklamasi," pungkasnya seperti dilansir Antara.
Reklamasi memang jadi pintu masuk bagi kompetitior Ahok-Djarot, terutama Anies-Sandi untuk menyerang petahana. Terlebih, deretan aktivis yang selama ini vokal menolak reklamasi, menjadi bagian dari Tim Sukses Anies-Sandi. Menolak reklamasi, Anies-Sandi tentu saja harus menawarkan gagasan tandingan.
Gagasan yang diyakini menjadi solusi sebagaimana reklamasi, bisa mencegah penurunan muka tanah Jakarta, mencegah Ibu Kota tenggelam karena rob, dan mejadi sumber air baku bagi jutaan warga Jakarta dan segala industri raksasa yang bermarkas di kota ini.
Pemprov DKI sebetulnya sudah memabangun tanggul pesisir, namun belum cukup ampuh menahan luapan air laut karena saban tahun permukaan air laut memang semakin tinggi akibat perubahan iklim. Belum lagi debit banjir yang cenderung meningkat. Terutama kiriman dari daerah Bogor.
Ide reklamasi, termasuk pembangunan Giant Sea Wall yang berbentuk Garuda mengepakkan sayap, diyakini menjadi solusi terakhir untuk menjaga kelangsungan hidup wilayah pesisir Jakarta. Namun karena kontestasi Pilkada, ide tersebut kemudian ditentang secara paksa. Termasuk oleh Anies Baswedan.
Padahal Presiden Jokowi sudah menegaskan bahwa reklamasi ini untuk menyelamatkan Jakarta. Presiden meyakini kajian para pakar, bahwa Jakarta, terutama wilayah utara, tenggelam 13 tahun lagi. Karena itu, pada April tahun 2016 lalu Presiden meminta reklamasi 17 pulau diintegrasikan dengan Proyek garuda.
"Diperkirakan seluruh Jakarta Utara di bawah permukaan laut pada 2030. Akibatnya saat tersebut 13 sungai yang melewati Jakarta tidak bisa alirkan airnya ke Teluk Jakarta," ujar Jokowi di Kantor Kepresidenan (27/4/2016) sebagaimana dilansir Okezone.com
Gejala tersebut sudah terang benderang di depan mata. Tahun ini saja, rob sudah beberapa kali menjangkau daratan Jakarta. Sementara tanggul yang ada sekarang, masih sangat minimalis dan mengkhawatirkan.
Untuk membangun tanggul sepanjang 20 Km, kocek APBD harus dirogoh sebesar Rp 9 triliun. Tanggul tersebut pun, nantinya hanya temporer. Maka solusi reklamasi memang sangat masuk akal.
Keberadaan pulau buatan di pesisir, menjadi penghalau rob yang kokoh. Apalagi, air laut yang masuk ke tanggul tersebut, nantinya akan jadi sumber air baku untuk konsumsi di Jakarta.
Tanpa reklamasi, Jakarta tenggelam. Jika Jakarta tenggelam 13 tahun lagi seperti keyakinan Presiden, Anies Baswedan bisa apa? Kita menagih tawaran ide dan gagasan Pak Anies, jika memang bersikukuh bilang reklamasi harus dibatalkan!
Salah satu gambaran rencana reklamasi Pantai Utara Jakarta yang discreenshot di atas, dapat di tonton pada tautan Youtube di bawah ini
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H