"Loh? Acara ini memang untuk publik. Jadi Mas gak perlu undangan. Yuk!" Dengan santainya perempuan itu menggamit tangan saya lalu menyeret saya masuk ke dalam rumah.
Kalo soal makanan, saya memang agak lemah di bagian itu. Apalagi perempuan manis yang nawarin saya ini sepertinya tulus banget ngajaknya. Tanpa sungkan saya ambil makanan lalu ikut duduk lesehan bersama tamu-tamu lain sambil mendengarkan band yang menyanyikan seri lagu Nusantara lainnya.
Gila! Barokah banget hari ini. Udah makan enak gratis sambil menikmati live music lagu-lagu Koes Plus. Wuiiiiihh! Nikmat mana lagi yang bisa kita dustakan? Begitu orang bilang.
"Hampir setiap tahun, keluarga kami mengadakan acara seperti ini di hari kemerdekaan," kata perempuan itu lagi.
"Saya percaya itu. Gak ada orang yang bisa menyangkal nasionalisme Koes Plus. Seri lagu Nusantara itu adalah bukti kongkrit!" kata saya sambil melahap ayam goreng berlumuran kuah sayur lodeh yang rasanya sedap banget.
"Betul! Pemahaman itu juga ditekankan ke kami, generasi selanjutnya. Itu sebabnya hari kemerdekaan buat kami, keluarga Koeswoyo, sangat penting," sahut wanita itu dengan senyum yang luar biasa manisnya.
"Oh? Berarti Mbak juga keluarga Koeswoyo, ya? Nama Mbak siapa? Saya Budiman Hakim," kata saya sambil mengulurkan tangan karena memang dari tadi kami lupa untuk berkenalan resmi.
"Chicha! Perlombaan mau dimulai! Yuk, ikutan? Chicha!!!" Tiba-tiba sebuah suara keras memanggil.
"Nama saya Chicha, "katanya sambil menyalami saya. Setelah itu dia berdiri, menengok ke arah orang yang memanggilnya dan berteriak, "Coming!!!"
"Loh? Mau ke mana? perlombaannya, kan, di sana." kata perempuan tadi sambil menunjuk ke satu arah,
"Elo jalan aja duluan. Gue sholat dulu. Selesai zuhur gue ntar nyusul," kata Chicha lalu masuk ke dalam rumah.