Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemulung di Sebuah Resto Burger

25 Juni 2018   20:04 Diperbarui: 25 Juni 2018   20:05 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sendiri sudah menghabiskan Premium Black Cheese Burger. Sesuai dengan namanya burger ini berwarna hitam. Saya memesan burger itu karena memang hitam adalah warna favorit saya.

Tiba-tiba kakek itu mengeluarkan 2 buah kotak kecil dari kantong plastiknya. Setelah itu dia mengeluarkan sebuah pisau lalu memotong super cheese yang tersisa tadi menjadi dua bagian. Dengan hati-hati, dia meletakkan kedua potongan burger tersebut ke dalam kotak plastik yang telah dipersiapkannya.

"Mau dibawa pulang burgernya, Pak?" tanya saya gak tahan untuk tidak bertanya.

Kakek itu tersenyum dan berkata, "Iya. Anak kembar saya berulang tahun hari ini. Sudah lama sekali mereka pengen makan burger. Biar kayak orang luar negeri, katanya. Hehehe... "

"Oooo..." Hati saya saya langsung meleleh, "Anak Bapak kembarnya cowok atau cewek, Pak?"

"Cewek dua-duanya. Sebetulnya mereka bukan anak saya. Saya gak pernah menikah. Mereka ditinggal ibunya di kolong jembatan, jadi saya pungut aja keduanya."

"Ooooo..." Hati saya tambah meleleh, "Bapak sendiri kerja di mana?"

"Orang sering bilang saya manusia gerobak. Kerja saya sebagai pemulung di daerah Pesanggrahan sini."

"Ooooo..." Hati saya semakin meleleh, "Tunggu sebentar, ya, Pak."

Dengan bergegas saya berjalan menuju counter dan memesan 4 ayam dengan nasi putih dan cocolan keju spesial. Untuk minumnya saya juga memesan 2 strawberry tea. Selesai membayar, saya langsung kembali menuju meja dan di sana saya liat Sang Kakek sudah berdiri siap untuk pergi. 

"Saya pamit dulu ya, Dik. Anak-anak saya pasti udah nunggu saya di gerobak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun