Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemulung di Sebuah Resto Burger

25 Juni 2018   20:04 Diperbarui: 25 Juni 2018   20:05 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amphi Lestari. Owner dari Cheese Chicken Resto

Hari pertama masuk kantor. Temen-temen masih banyak yang bolos, mungkin karena hujan turun gak berenti-berenti dari tadi malam. Di cuaca seperti ini emang enakan ngeringkuk di dalem selimut daripada menerjang kemacetan dan sampe di kantor belum ada kerjaan dari klien.

Saya lagi makan siang sendirian di Cheese chicken Resto milik Amphi Lestari, temen kuliah saya di UI dulu. Udah lama dia minta saya berkunjung ke sana. Tempatnya agak kecil dengan tempat duduk yang juga mungil, mungkin kapasitasnya cuma bisa memuat pengunjung sebanyak 30 orang. Resto ini terletak di Jl, Cileduk Raya no. 6, Pesanggarahan. Tamu-tamunya cukup banyak, mungkin karena lokasinya lumayan strategis, letaknya pas mepet dengan Pos Polisi Pesanggrahan. 

Keunikan dari resto ini adalah hampir semuanya memakai keju. Bukan cuma burger bahkan sampai ayam gorengnya pun dilengkapi dengan lelehan keju. Sambil menikmati makanan pesanan, saya memperhatikan tamu-tamu yang datang. Semuanya berpenampilan keren, perlente dan umumnya dateng membawa mobil.

"Maaf, Dik. Apa saya boleh ikut duduk di sini? Meja-meja lain sudah penuh." Tiba-tiba seorang kakek tua berpakaian lusuh menyapa.

Sejenak saya memperhatikan kakek itu. Pakaiannya lusuh penuh keringat bercampur air hujan. Dia memakai sandal jepit. Mukanya nampak habis bercukur tapi masih kurang bersih karena saya melihat masih banyak bulu bertumbuh di sana-sini.

"Silakan, Pak. Gabung aja di sini," kata saya

"Terima kasih," kata Si Kakek sambil meletakkan tas plastiknya di meja lalu pergi ke arah counter untuk memesan makanan.

Melihat penampilannya yang kumel, sangat mudah bagi orang lain untuk melecehkan kakek ini sehingga saya menawarkan diri untuk menemaninya, "Mau saya temenin memesan makanan, Pak?"

"Gak usah. Saya sendiri aja," katanya tersenyum dengan pandangan berterima kasih.

Alhamdulillahnya petugas di counter tersebut melayani Sang Kakek dengan ramah. Tidak ada pandangan melecehkan atau senyum sinis sama sekali. Semuanya berjalan lancar. Kakek itu memesan dua Super Cheese burger daging lelehan keju spesial yang harganya Rp 12.500. Untuk minumannya dia memesan dua peach tea seharga Rp 7.500. Jadi total dia menghabiskan uang Rp 40 ribu untuk santapannya tersebut. Semoga dia tidak bangkrut akibat pengeluarannya hari ini, tanpa sadar saya langsung berdoa.

Kami duduk berhadapan tanpa mengucap sepatah kata. Dengan cepat kakek itu sudah menghabiskan sebuah burger dan segelas minumannya. Nampaknya dia tidak buru-buru untuk menghabiskan burger keduanya. 

Saya sendiri sudah menghabiskan Premium Black Cheese Burger. Sesuai dengan namanya burger ini berwarna hitam. Saya memesan burger itu karena memang hitam adalah warna favorit saya.

Tiba-tiba kakek itu mengeluarkan 2 buah kotak kecil dari kantong plastiknya. Setelah itu dia mengeluarkan sebuah pisau lalu memotong super cheese yang tersisa tadi menjadi dua bagian. Dengan hati-hati, dia meletakkan kedua potongan burger tersebut ke dalam kotak plastik yang telah dipersiapkannya.

"Mau dibawa pulang burgernya, Pak?" tanya saya gak tahan untuk tidak bertanya.

Kakek itu tersenyum dan berkata, "Iya. Anak kembar saya berulang tahun hari ini. Sudah lama sekali mereka pengen makan burger. Biar kayak orang luar negeri, katanya. Hehehe... "

"Oooo..." Hati saya saya langsung meleleh, "Anak Bapak kembarnya cowok atau cewek, Pak?"

"Cewek dua-duanya. Sebetulnya mereka bukan anak saya. Saya gak pernah menikah. Mereka ditinggal ibunya di kolong jembatan, jadi saya pungut aja keduanya."

"Ooooo..." Hati saya tambah meleleh, "Bapak sendiri kerja di mana?"

"Orang sering bilang saya manusia gerobak. Kerja saya sebagai pemulung di daerah Pesanggrahan sini."

"Ooooo..." Hati saya semakin meleleh, "Tunggu sebentar, ya, Pak."

Dengan bergegas saya berjalan menuju counter dan memesan 4 ayam dengan nasi putih dan cocolan keju spesial. Untuk minumnya saya juga memesan 2 strawberry tea. Selesai membayar, saya langsung kembali menuju meja dan di sana saya liat Sang Kakek sudah berdiri siap untuk pergi. 

"Saya pamit dulu ya, Dik. Anak-anak saya pasti udah nunggu saya di gerobak."

"Maaf, Pak, Ini tolong berikan pada anak Bapak." kata saya sambil memberikan makanan tadi.

Di luar dugaan, Si Bapak menolak pemberian saya, "Dik, saya tau Adik orang baik. Bersedekah itu perbuatan mulia tapi masih ada orang yang lebih pantas untuk menerima sedekah Adik."

Saya tertegun karena tidak siap dengan penolakan itu sementara Si kakek menepuk pundak saya sambil tersenyum lalu membalikkan tubuh, menerobos tirai gerimis dan berlalu dari sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun