Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Meme dan "Storytelling"

4 Juni 2018   02:06 Diperbarui: 5 Juni 2018   10:43 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Wikipedia, Meme adalah ide, perilaku, atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain dalam sebuah budaya. Meme merupakan neologisme yang diciptakan oleh Richard Dawkins... Halah ribet!!! Kita lupain aja Wikipedia ya? Gimana kalo kita definisiin sendiri berdasarkan apa yang biasa kita temukan di sosial media.

Kalo mau gampang, meme bisa dimaknai sebagai ekspresi kritik sosial terhadap orang terkenal. Orang itu bisa aja artis, pejabat, politikus atau siapalah sepanjang orang itu terkenal. Biasanya bentuknya berupa parodi dari kelakuan atau pernyataan orang terkenal tersebut yang dirasa gak pas dengan pendapat kebanyakan orang. Secara umum, bentuknya bisa dibagi dalam dua hal besar yaitu candaan dan ejekan.

Saya sering mengatakan bahwa beruntunglah kita yang bukan orang terkenal. Kenapa? Karena orang-orang terkenal itu hidupnya jauh dari ketenangan. Kepleset ngomong dikit aja mereka harus segera memperkuat mental karena dalam hitungan jam, meme-meme akan tersebar di sosial media dalam bentuk becandaan, kritikan, sindiran sampe hinaan kepada mereka.

Sejak memasuki peradaban digital, meme jadi sangat fenomenal. Meme sangat disukai orang karena sering humornya sangat lucu dan kadang sangat keterlaluan. Hal ini disebabkan karena sang kreator membuatnya secara spontan dan jujur sesuai dengan apa yang dirasakan dalam hati mereka.

Melihat begitu hitsnya eksistensi meme, banyak klien yang mencoba beriklan memakai meme. Mereka memburu kreator-kreator meme yang sukses lalu memanggilnya untuk dibuatkan meme dengan memasukkan brand mereka? Pertanyaannya, menurut kalian apakah strategi ini bisa berhasil? Coba kita bahas dikit ya.

Saya punya temen namanya Alex. Dia salah satu pembuat meme yang canggih buat saya. Memenya hampir selalu lucu dan sering bikin ngakak yang membacanya. Dia selalu menaruh signature di salah satu sudut memenya, itu sebabnya suatu hari dia dipanggil oleh sebuah perusahaan rokok untuk diminta membuat iklan berbentuk meme. 

Nah, suatu hari dia dateng ke kantor dengan wajah kusut. Saya menyambut Alex dengan hangat sambil mengajaknya ke ruang makan tempat satu-satunya kita bisa ngerokok. Setelah pesen kopi ke OB, kami pun mulai terlibat percakapan yang cukup serius.

"Gimana, Lex bisnis meme, lo?" tanya saya.

"Kacau, Om Bud. Udah lebih dari 6 bulan gak ada yang tembus," sahut Alex dengan muka murung.

"Waduh! Jadi meme lo belom ada yang jadi duit?"

"Belom sama sekali. Padahal gue udah present lebih dari 100 meme dan gak ada satupun yang approved."

"Eh? Emang lo bikin memenya dibrief dulu sama klien?"

"Iya sama persis kayak lagi dibrief mau bikin iklan media cetak," kata Alex lagi.

"Terus kliennya ngebrief benefit-benefit yang harus masuk ke dalam meme lo itu?"

"Iya sama aja kayak bikin iklan tapi eksekusinya meme."

"Jadi dibrief lengkap dengan 'do' dan 'don't'nya?"

"Iya sama persis termasuk faktor fengshui juga jadi pertimbangan," keluh Alex dengan suara putus asa.

Sejenak saya terdiam lalu menghirup kopi saya. Kopi tanpa gula itu tiba-tiba rasanya tidak terlalu pahit dibandingkan dengan nasibnya Alex hehehehe....

ilustrasi: spectator.com.au
ilustrasi: spectator.com.au
"Apa yang salah dengan meme gue ya, Om Bud?" tanya Alex.

Setelah menghela napas panjang sejenak, saya coba menjawab demikian:

"Gini, Lex! Kalo klien memperlakukan lo begitu, mending lupain aja."

"Lah? Gak dapet duit dong gue?"

"Iklan dan meme itu dua binatang yang berbeda. Gak bisa lo memperlakukan meme sebagai iklan. Sampe tua juga meme lo gak akan pernah approved."

"Tapi udah ada yang lolos sih, katanya mau dipresentasiin lagi ke boss mereka."

"Kalo ada yang approved pun pasti meme lo jelek. Minimal gak sebagus meme lo yang biasa lo bikin."

"Kenapa gitu, Om Bud?"

"Sebuah meme itu bagus karena dibuatnya spontan. Sebuah meme adalah curahan hati lo pada sebuah ketidaknyamanan. Kalo elo dibrief, meme lo pasti jelek karena bukan lagi curahan hati yang keluar secara spontan."

"Oh gitu ya?"

"Percaya deh kata gue. Meme itu bagus dan lucu karena kejujuran kreatornya, karena spontanitasnya, karena curhatnya.

Kali ini Alex cuma bengong aja ngedengerin omongan saya.

"Meme gak akan pernah bisa bagus kalo dikerjain berdasarkan orderan." 

"Jadi gue harus bilang apa sama klien gue?" tanya Alex lagi.

"Bilang aja gini. Lo gak akan mau kerja lagi berdasarkan order tapi lo akan terus bikin meme seperti dulu secara spontan. Kalo klien mau beli, ayo silakan omongin harga. Tapi jangan dibrief."

Alex terdiam lagi. Dan saya juga terdiam juga. Alex kayaknya berpikir keras apakah omongan saya bener atau kagak. Saya sendiri ikut berpikir dan menelaah apakah omongan saya betul atau ngawur juga.

Membuat iklan dengan meme itu persis seperti membuat storytelling. Storyteller gak boleh dibrief oleh klien. Kenapa? Karena storytelling itu adalah pengalaman yang dialami konsumen. Begitu berkesannya sehingga Si Konsumen secara spontan (lagi-lagi spontan adalah kata kuncinya) menuliskan pengalamannya itu. Apa yang dialami oleh konsumen tersebut bisa berupa pengalaman menyenangkan bisa juga menyebalkan.

Kesimpulannya adalah bahwa meme gak boleh dibrief, biarkan kreatornya bekerja secara spontan. Kalo di-brief, itu namanya bukan meme, tapi print ad. Begitu juga dengan storytelling. Kalo storyteller dibrief oleh klien, itu namanya bukan storytelling tapi advertorial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun