Esok malamnya peristiwa berulang. Leon termasuk light sleeper atau orang yang mudah sekali terbangun walaupun hanya oleh gangguan sekecil apapun. Setelah ditinggal ibunya dalam lelap sendirian di kamarnya, jam 3 pagi Leon terbangun dan menyusul ibunya ke kamar kami. Diskusi pun terjadi dengan kalimat-kalimat yang kurang lebih sama.
"Denger ya, Leon. Kamu harus belajar tidur sendiri. Bunda harus tidur sama Ayah. Kenapa?"
"Karena Ayah adalah suami Bunda," sahut Leon.
"Nah, itu udah ngerti. Kenapa kok Leon masih juga mau pindah ke kamar Bunda?"
Kembali saya menengahi diskusi jam 3 pagi yang berat itu, "Sini Leon. Malam ini kamu boleh tidur di sini."
"Yeay!!! Kita tidur bertiga lagi. Horeeee...!!!" Leon melompat dan langsung menempatkan diri di antara kedua orang tuanya.
Di sebuah hari Sabtu, kami semua tidak punya rencana untuk ke luar rumah. Pagi hari, kami sarapan bertiga menikmati nasi uduk dengan semur tahu, irisan telor dadar, bawang goreng, dengan saus bumbu kacang. Sarapan bersama adalah sebuah situasi favorit kami sekeluarga. Biasanya kami berdiskusi tentang apa saja. Vina bercerita seputar kejadian di kantornya, begitu juga saya. Leon juga akan bercerita segala peristiwa yang terjadi di sekolah playgroupnya.
"Bunda..." Tiba-tiba Leon berkata.
"Ya, Le. Kamu mau ngomong apa?" tanya Vina.
"Mulai hari ini, Leon gak mau lagi jadi anak bunda."
"Hah??" Tentu saja kami berdua kaget bukan kepalang.