Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lanturan tapi Relevan

13 September 2017   22:06 Diperbarui: 13 September 2017   22:30 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lanturan tapi Relevan adalah sebuah metode dalam menilai sebuah karya. Metode ini sangat bermanfaat sehingga telah menjadi mazhab yang dianut oleh Agency MACS909 setiap kali kita berkarya. 

Pemikirannya sederhana saja; Lanturan berasal dari kata 'melantur'. Melantur adalah seseorang yang bicaranya ngawur sehingga akibatnya orang sering ga ngerti apa yang dia omongin. Masih bagus kalo ga ngerti doang, gimana kalo orang ngaggep dia miring otaknya? Kan repot.

Akan tetapi kalo kita perhatiin, sebuah karya yang bagus selalu melantur. Misalnya film The curious of Benjamin Button yang dibintangi Brad Pitt.

Ngelantur banget kan? Mana ada orang yang hidupnya dengan waku terbalik? Masa orang terlahir sebagai kakek2 terus hidup dengan waktu berjalan mundur dan meninggal sebagai bayi yang lemah. Ngaco banget! Tapi masalahnya kok kita seneng sama film itu? Kok kita merasa bahwa film itu bagus banget? Kenapa?

Karena kita tau bahwa kreator film iu tidak melantur seperti seperti orang gila. Si Kreator menyengaja melantur sehingga membuat film itu jadi seru dan menarik. Dalam film itu ada rasionalisasi yang membuat semua hal2 melantur tersebut menjadi relevan. Saya ga perlu nerangin apa rasionalisasinya. 

Tonton aja sendiri, pasti deh kalian akan menemukannya. Karena itulah dalam konteks berkarya, saya tidak menyebut 'melantur' tetapi 'lanturan' yang maknanya adalah melantur yang direncanakan. Sekarang coba kalian perhatikan semua film yang kalian tonton; temukan Lanturannya lalu cari juga Relevansinya.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kalau ingin membuat karya yang bagus, caranya sederhana; Melanturlah sejauh2nya, tapi jaga relevansi sedekat2nya. Insya Allah karya kita akan jadi sangat bagus.

Sekarang saya akan memberi contoh sebuah joke yang saya peroleh dari WhatsApp berantai. Joke ini sudah beredar luas, sehingga kalian juga pasti udah penah mendengarnya. Saya ga tau siapa yang bikin jadi saya minta maaf pada pembuatnya. Pembuat joke ini buat saya sangat berbakat untuk menjadi penuis atau copywriter. Jokenya begini:

 

WAWANCARA INSPIRATIF DENGAN dr.BOYKE.

Wartawan : dr. Boyke, sebagai orang yang sukses, menurut Anda apa makna sukses itu?

dr. Boyke : Alhamdulillah...Bagi saya, sukses itu seperti onani, hanya dirimu sendirilah yang bisa meraihnya

Wartawan : Bagaimana pendapat dokter tentang takdir?

dr. Boyke : Takdir itu ibarat perkosaan, jika tidak sanggup melawan, cobalah untuk menikmatinya...

Wartawan : Sebagai seorang kosultan, tentunya kepercayaan adalah modal yang mesti dimiliki bukan?

dr. Boyke : Tentu saja, kepercayaan itu seperti keperawanan, sekali hilang maka hilanglah selamanya

Wartawan : Kalau boleh tahu,berapa sih gaji anda?

dr. Boyke : Ah, saya tidak mau bergantung kepada gaji. Gaji itu mirip menstruasi, datangnya tiap bulan sekali dan kerasanya cuman 4 hari sampe seminggu aja...

Wartawan : Bagaimana peran kawan-kawan dokter dalam mencapai kesuksesan dokter?

dr. Boyke : Sangat penting... kawan yang baik itu kan ibarat kondom,dia akan melindungi kita dari hal-hal yang buruk

Wartawan : Dokter punya teman sejati?

dr. Boyke : Semua orang harus punya teman sejati yang mau menemani kita dalam keadaan apapun. Bagaikan viagra, dia akan membuat kita bangkit disaat kita tidak mampu untuk berdiri.

Yuk kita analisa! Di mana lanturannya? Lanturannya adalah Si Dokter selalu memberi jawaban dengan analogi Sex. Semua pertanyaan (tanpa kecuali) dia kasih analogi dengan sex. Relevansinya apa? Coba kita renungkan jawaban dokter tersebut. Apakah jawabannya benar? Tergantung penilaian masing-masing kan? Akan tetapi, terlepas dari benar atau tidak,  semua analogi itu ternyata sangat relevan dengan pertanyaannya. Coba perhatiin dengan seksama. 

Pertanyaan terakhir; kenapa joke ini menggunakan Doter Boyke sebagai tokohnya? Lagi-lagi alasannya relevan; Dokter Boyke adalah dokter yang mengambil sex sebagai spesialisasinya. Dia adalah tokoh yang paling pantas untuk menggunakan analogi seperti di atas. Coba kalo tokoh Dokter Boyke kita ganti jadi A'a Gym? Waduh! Bisa dihujat habis-habisan tuh Si A'a.

Jadi begitulah sekilas info tentang Mazhab Lanturan Tapi Relevan.

Follow my twitter @budiman_hakim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun