"OK, kalau begitu mari kita metunggu," kata George dengan suara yakin.
"Hahahahahahaha..." Hadirin makin ngakak! Suasana ruang meeting sangat berisik.
"Kalo awalan 'me' bertemu dengan kata dasar berawalan huruf 'T' maka huruf 'T'nya luluh dan berganti dengan 'N". Saya kembali menjelaskan.
"Oh, baiklah. Jadi harusnya 'menunggu'. Bukan 'metunggu'. Ah susah, ya?"
Mendengar keluhannya teman-teman yang lain makin keras tertawa dan memperolok George, "Kalo mau pinter harus mesabar (Maksudnya sabar), George." Ruang meeting makin heboh!Â
'SUNYI! SUNYII! SUNYI!" teriak George dengan keras pada semua hadirin tapi semua orang malah ketawa makin keras.
Kembali saya mengoreksi dengan suara berbisik, "George, dalam konteks seperti ini, kamu harus memakai kata 'diam' bukan 'sunyi."
"Oh begitukah? Baiklah saya minta ampun," katanya lagi.
"Hahahahaha dalam konteks ini, kamu harus memakai kata 'minta maaf' bukan 'minta ampun', penggunaan 'minta ampun' mah dipake kalo kita ga tahan karena digebukin hahahahahahaha...!"
"SHUT UP! I HATE BAHASA!" teriaknya kenceng banget tapi justru membuat semua orang ngakak abis.
OK. Kembali paada pertanyaan di atas: Apakah kalian terganggu dengan expat yang gak mau berbahasa indonesia? Kalo saya mah terganggu banget! Kalo kontraknya cuma jangka pendek, OK, lah. Tapi banyak sekali expat yang udah tinggal di sini belasan tahun dan gak mau berbahasa indonesia. Saya berpendapat, kalo cari duit di sini, makan di sini, e'e' di sini, ML di sini, kenapa ngomong gak mau pake bahasa di sini? Makanya saya suka banget sama George ini.