Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Guru - Penulis ⦁ Mubaligh ⦁ Guru

Penulis 2 buku non fiksi remaja (Kun Al Fatih 2017 dan Falyaqul Khairan 2018) ⦁ Mubaligh (Alumni Ma'had Kutubussittah Babussalam Makassar 2016 dan Ma'had Albirr Unismuh Makassar 2021) ⦁ Guru (SMA Wihdatul Ummah Takalar)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siapa Bilang Daya Beli Masyarakat Menurun? Kemenkeu Bantah Anggapan Ini

12 Agustus 2023   08:26 Diperbarui: 12 Agustus 2023   08:27 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warga yang tinggal di kolong jembatan (sumber: kumparan.com)

Indonesia Mampu Ekspansif Di Sektor Manufaktur

Dalam konteks perekonomian global yang mengalami perlambatan, dinamika ekonomi terkini di Indonesia menggambarkan sorotan positif yang mengembirakan. Pertumbuhan dalam konsumsi rumah tangga dan terus berkembangnya sektor manufaktur secara bersinergi menjaga Indonesia tetap pada jalur pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan.

"Di tengah-tengah pergerakan ekonomi dunia yang menyusut, Indonesia tetap berdiri kuat dalam indeks PMI yang masih ekspansif dan bahkan melonjak ke angka 53,3," papar Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring APBN KiTa pada Jumat (11/8/2023).

Menkeu menegaskan bahwa dalam konteks kontraksi ekonomi global, hanya sedikit, yaitu 18,2% negara yang dapat mencatatkan PMI sektor manufaktur yang ekspansif dan sekaligus semakin meningkat, termasuk Indonesia, India, Filipina, dan Meksiko.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring APBN KiTa (sumber: Youtube Kemenkeu RI)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring APBN KiTa (sumber: Youtube Kemenkeu RI)
Pertumbuhan Ekonomi Terus Melonjak

"Beberapa waktu lalu, BPS (Badan Pusat Statistik) mengumumkan kondisi ekonomi Indonesia berada pada posisi yang positif. Pertumbuhan ekonomi kita mencapai 5,17%, dan jika dihitung dalam satu angka, bahkan menembus 5,2%. Hal ini melampaui ekspektasi mayoritas analis pasar yang sebelumnya memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dari 5,17%. Prestasi ini menunjukkan keadaan yang menggembirakan," tambah Menkeu.

Dia melanjutkan bahwa APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) terus berupaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Melihat komposisi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua, terjadi lonjakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,2%, mengungguli kuartal pertama yang hanya mencapai 4,5%.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring APBN KiTa (sumber: Youtube Kemenkeu RI)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring APBN KiTa (sumber: Youtube Kemenkeu RI)

Apa yang Mempengaruhi APBN Kita?

Menurut Menkeu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja APBN dalam hal konsumsi rumah tangga. Salah satunya, inflasi yang terkendali adalah hasil kerja sama antara APBN dan Bank Indonesia. Menjaga inflasi agar tetap dalam batas yang rendah sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga atau malah menguat. 

Selain itu, APBN juga berfokus pada membantu kelompok masyarakat paling rentan dengan program bantuan sosial dan dukungan lainnya. Ini juga berpengaruh dalam meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat, terutama pada kelompok yang rentan.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring APBN KiTa (sumber: Youtube Kemenkeu RI)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring APBN KiTa (sumber: Youtube Kemenkeu RI)
Selanjutnya, APBN memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) ke-13 pada kuartal kedua dan juga pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah untuk berbagai keperluan. Termasuk persiapan Pemilu, penyelenggaraan Kepemimpinan ASEAN, layanan birokrasi, dan investasi, baik dalam proyek strategis nasional, IKN, maupun pemeliharaan aset negara.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring APBN KiTa (sumber: Youtube Kemenkeu RI)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring APBN KiTa (sumber: Youtube Kemenkeu RI)
"Semua ini adalah bagian dari pengeluaran negara yang memiliki dampak signifikan, yang mengatur dan mempengaruhi performa pertumbuhan, terutama dari segi permintaan. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga 5,2% dan pertumbuhan konsumsi pemerintah 10,6% di kuartal kedua. Dua hal ini, konsumsi rumah tangga dan pemerintah, memberikan kontribusi sebesar 60,8% terhadap total Produk Domestik Bruto nasional," tegas Menkeu.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring APBN KiTa (sumber: Youtube Kemenkeu RI)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring APBN KiTa (sumber: Youtube Kemenkeu RI)

Lalu, Apa yang Perlu Dirisaukan?

Pandangan ini memang menciptakan gambaran positif tentang perekonomian Indonesia saat ini. Namun, apakah pertumbuhan ini sejalan dengan kondisi riil di tengah masyarakat? Pertumbuhan angka-angka yang diumumkan semoga tidak ada tumpang tindih dengan realitas yang dihadapi oleh masyarakat.

Semoga angka pertumbuhan ekonomi juga tercermin dalam kesejahteraan masyarakat secara merata. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan sektor manufaktur yang semakin berkembang seharusnya menunjukkan peningkatan daya beli dan kesempatan kerja yang lebih baik. Meskipun realitas di lapangan kadangkala berbicara lain.

Ketika kita melihat lebih dalam, maka terbersit pertanyaan di benak kita. Bagaimana pertumbuhan ekonomi ini berdampak pada kualitas hidup masyarakat? Apakah peningkatan angka konsumsi rumah tangga mampu mengatasi disparitas sosial yang semakin melebar? Di balik angka yang menggembirakan, sudah sejahterakah orang-orang yang terpinggirkan, yang masih merasakan beban ekonomi yang berat?

Sudahkah Perumbuhan Ekonomi Berdampak Ke Berbagai Lapisan Masyarakat?  

Konsumsi rumah tangga yang tumbuh seharusnya membangkitkan optimisme, tetapi kita tidak boleh melupakan pentingnya distribusi yang adil dari hasil pertumbuhan ini. Pertumbuhan ekonomi yang nyata akan tercapai jika masyarakat dari berbagai lapisan juga merasakan manfaatnya. Tidak hanya sejumlah kelompok tertentu yang menjadi penerima utama, tetapi juga mereka yang berada di wilayah terpencil dan memiliki akses terbatas terhadap peluang ekonomi.

Ilustrasi anak-anak di daerah terpencil (sumber: tribunnews.com)
Ilustrasi anak-anak di daerah terpencil (sumber: tribunnews.com)
Kemudian, perlu juga dicermati bagaimana APBN benar-benar bekerja untuk masyarakat yang paling rentan. Program bantuan sosial yang disebutkan seharusnya memiliki dampak yang nyata dalam mengurangi kesenjangan sosial. Namun, berapa banyak dari mereka yang membutuhkan bantuan itu benar-benar terjangkau oleh program ini? Efektivitas program ini perlu dikawal dengan ketat oleh berbagai pihak termasuk oleh masyarakat itu sendiri agar tidak hanya menjadi slogan tanpa dampak konkret.

Tentu saja, langkah-langkah seperti memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) ke-13 dan investasi dalam berbagai proyek strategis nasional adalah langkah yang positif. Namun, penting untuk menilai sejauh mana langkah-langkah ini mampu meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Harapan dan Optimisme dari Pertumbuhan Ekonomi 

Kita juga perlu ingat bahwa pertumbuhan ekonomi yang hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga dan investasi pemerintah mungkin belum cukup. Kemampuan ekspor, diversifikasi ekonomi, serta upaya memitigasi resiko global juga perlu diperhatikan secara serius. Tidak hanya terfokus pada pertumbuhan dalam jangka pendek, tetapi juga bagaimana perekonomian Indonesia dapat bertahan dan berkembang dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, sementara berbagai angka pertumbuhan dan prestasi ekonomi dapat menjadi sumber optimisme, kita tidak boleh terjebak dalam kepuasan diri. Kita harus senantiasa menilai dampak nyata dari pertumbuhan ekonomi ini terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat. Kita perlu mengukur berhasil tidaknya pertumbuhan ekonomi ini dengan sejauh mana kesenjangan sosial berkurang, penghidupan masyarakat menjadi lebih baik, dan peluang ekonomi lebih merata.

Ilustrasi warga yang tinggal di kolong jembatan (sumber: kumparan.com)
Ilustrasi warga yang tinggal di kolong jembatan (sumber: kumparan.com)
Ketika merayakan angka-angka yang menggembirakan, mari juga tetap waspada dan kritis terhadap realitas yang mungkin tidak sepenuhnya tercermin dalam data statistik. Pemerintah, para ahli ekonomi, aparat dan instansi lainnya serta masyarakat harus berkolaborasi untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi benar-benar menciptakan dampak positif dan berkelanjutan di berbagai lapisan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun