Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Guru - Penulis ⦁ Mubaligh ⦁ Guru

Penulis 2 buku non fiksi remaja (Kun Al Fatih 2017 dan Falyaqul Khairan 2018) ⦁ Mubaligh (Alumni Ma'had Kutubussittah Babussalam Makassar 2016 dan Ma'had Albirr Unismuh Makassar 2021) ⦁ Guru (SMA Wihdatul Ummah Takalar)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bentuk-Bentuk Periwayatan Hadis

4 November 2022   19:53 Diperbarui: 4 November 2022   19:57 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun periwayatan dengan makna adalah periwayatan yang hanya berdasarkan makna dari sebuah teks tanpa mengubah kandungannya; atau meriwayatkan hadis dengan maknanya saja sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkan. 

Dengan kata lain, apa yang disabdakan oleh Nabi Saw. hanya dipahami maksudnya saja, lalu para sahabat menyampaikannya dengan lafaz atau susunan redaksi mereka sendiri. Hal ini disebabkan para sahabat berbeda daya ingatannya satu sama lain, ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Selain itu, kemungkinan masa terjadinya sudah lama, sehingga yang masih diingat hanya maksudnya saja, sementara lafaz yang persis diucapkan Nabi sudah tidak lagi diingat. Penukilan atau periwayatan hadis secara makna ini hanya boleh dilakukan ketika hadis-hadis belum terkodifikasi. 

Adapun faktor penyebab adanya riwyah bi al-ma'n adalah:[4]

  1. Sebagai hadis Nabi diriwayatkan secara mutawatir lafzi, berbeda dengan periwayatan Al-Qur'an yang keseluruhannya secara mutawatir lafzi.

  2. Pada masa Nabi sampai masa sahabat, hadis Nabi belum berbentuk buku bahkan pada awalnya para sahabat tidak menulis hadis kecuali sahabat-sahabat tertentu, sedangkan pada waktu itu periwayatan hadis hanya secara lisan. 

  3.  Adanya perbedaan kemampuan para sahabat dalam menghafal dan meriwayatkan hadis Nabi.

Hanya hadis yang berbentuk sabda saja yang mungkin diriwayatkan secara tekstual, padahal hadis beragam bentuknya, bisa berupa sabda, perbuatan, taqrr, hal atau ihwal Nabi.

---

Referensi :

1. M. Syuhudi Ismail. Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 1988) h. 68.

2. M. Sayuthi Ali. "Periwayatan Hadis dengan Lafaz dan Makna," Jurnal Al Qalam UIN Banten 59 (1996), h. 22-23. [Lihat juga Muhammad Ajjaj Al-Khatib. Ushul al-Hadis, Ulumuhu wa Mushthalahuhu (Beirut: Dar al-Fikr, 1987), h. 126-128].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun