Mohon tunggu...
Arief Budiman
Arief Budiman Mohon Tunggu... -

Berusaha keras selalu menyajikan tulisan bermakna, berguna dan menghibur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Pantas Kita "Memaki-maki" Negeri Ini ?

7 Juni 2011   14:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:46 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angkatan bersenjata, anggarannya terus dikurangi, alutsista nya sudah hampir 70% out of date, sementara wilayah yang mesti dilindungi dan diwasi lebih kurang 1,98 juta km2.

Gempuran produk asing (baca : Cina) semakin "menggila", dan bahkan mematikan industri kecil, atau malah produsen kreatif "terpaksa" banting stir menjadi pedagang pengumpul saja.

Otonomi daerah, hanya slogan saja, yang ada malah - pengusaha "ditekan" kewajiban-kewajiban tak masuk akal, kepala derah menjadi kaisar di wilayahnya, me-legalkan apapun buat kepentingan keluarganya. Kampanye hebat, membela rakyat, tapi setelah terpilih..ujungnya penjara, alias penjara "pura-pura".

Pemekaran daerah makin menjadi-jadi, tujuannya entah apa - yang pasti "penyedotan" dana APBN semakin tinggi, karena derah tak mandiri, karena SDM yang belum siap, namun pemekarannya dipaksa dan hanya menjadi benalu di negara.

Apa lagi ?

Banyak lagi...

Transportasi dan struktur pendukungnya makin carut-marut. Moda transportasi tua merajai jalanan, menyumbang "timbal pekat" ke udara, dan tak layak jalan. Di negara-negara maju, hanya ada dua moda transportasi umum - yang besar BIS dan yang kecil TAKSI.

Tapi, coba lihat negeri ini, yang besar ada BIS (dengan berbagai judul), METRO MINI, KOPAJA - yang sedang ada ANGKOT, TAKSI, TAKSI GELAP, yang lebih kecil lagi, ada OJEK, BECAK dan lain-lain. Apa saja ini ?? Entah kapan kita melihat ini tertib.

Sang penertib jalan, jika kita ambil "pukul rata" hampir di seluruh daerah gampangnya begini :

"Mereka ada di jalan sepi, mereka tiada di jalan padat dan macet"

Korupsi makin merajalela, di semua lini ada korupsinya - angka korupsi turun setiap tahun bukan karena korupsinya turun tetapi karena korupsinya makin tak terdeteksi dan tak bisa dihitung lagi sampelnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun