Angkatan bersenjata, anggarannya terus dikurangi, alutsista nya sudah hampir 70% out of date, sementara wilayah yang mesti dilindungi dan diwasi lebih kurang 1,98 juta km2.
Gempuran produk asing (baca : Cina) semakin "menggila", dan bahkan mematikan industri kecil, atau malah produsen kreatif "terpaksa" banting stir menjadi pedagang pengumpul saja.
Otonomi daerah, hanya slogan saja, yang ada malah - pengusaha "ditekan" kewajiban-kewajiban tak masuk akal, kepala derah menjadi kaisar di wilayahnya, me-legalkan apapun buat kepentingan keluarganya. Kampanye hebat, membela rakyat, tapi setelah terpilih..ujungnya penjara, alias penjara "pura-pura".
Pemekaran daerah makin menjadi-jadi, tujuannya entah apa - yang pasti "penyedotan" dana APBN semakin tinggi, karena derah tak mandiri, karena SDM yang belum siap, namun pemekarannya dipaksa dan hanya menjadi benalu di negara.
Apa lagi ?
Banyak lagi...
Transportasi dan struktur pendukungnya makin carut-marut. Moda transportasi tua merajai jalanan, menyumbang "timbal pekat" ke udara, dan tak layak jalan. Di negara-negara maju, hanya ada dua moda transportasi umum - yang besar BIS dan yang kecil TAKSI.
Tapi, coba lihat negeri ini, yang besar ada BIS (dengan berbagai judul), METRO MINI, KOPAJA - yang sedang ada ANGKOT, TAKSI, TAKSI GELAP, yang lebih kecil lagi, ada OJEK, BECAK dan lain-lain. Apa saja ini ?? Entah kapan kita melihat ini tertib.
Sang penertib jalan, jika kita ambil "pukul rata" hampir di seluruh daerah gampangnya begini :
"Mereka ada di jalan sepi, mereka tiada di jalan padat dan macet"
Korupsi makin merajalela, di semua lini ada korupsinya - angka korupsi turun setiap tahun bukan karena korupsinya turun tetapi karena korupsinya makin tak terdeteksi dan tak bisa dihitung lagi sampelnya.