Hari ini saya ingin bicara tentang riwayat celana. Â Sepotong celana tanggung: tidak pendek dan tidak panjang. Kalau kau memakainya, maka akan terlihat seakan-akan kau ingin naik ke atas panggung dalam sebuah lakon komedi yang menggelikan.
Celana itu berwarna hitam, dari jenis pantalon. Pada mulanya, ketika ia dipajang di etalase sebuah toko, ia disebut celana panjang. Disainernya, Â dari merek terkenal, mempersiapkannya sebagai celana panjang. Ukurannya 32, cocok untukmu kalau kau laki-laki.
Lalu seseorang, seorang ibu dlam usia 56 tahun, datang ke toko itu. Ia belum bicara sepatah kata pun, dan seakan-akan tak melihat keberadaan Koko Liem Swee King, pemilik toko, yang menyambutnya dengan bibir dan mata tersenyum. Ia menoleh ke atas, ke sederet hanger dimana celana-celana panjang dipajang.
Koko Liem langsung paham apa keinginan si ibu. "Ibu mau beli celana panjang?" tanya Koko Liem. "Yakinlah omongan saya, Bu, ibu tak pantas memakai itu."
Si ibu tak menggubris. Matanya tetap menatap celana-celana panjang itu. Lalu, mata tua itu berhenti pada sepotong celana panjang yang terlihat enak dipandang. "Yang itu berapa?" tanyanya.
"Bu," kata Koko Liem. "Ibu tak pantas pakai celana panjang."
Si Ibu menoleh ke arah Koko Liem. Mengernyitkan kening. "Siapa bilang saya mau pakai celana panjang."
"O, bukan untuk ibu ya?"
"Untuk menantu saya," kata si Ibu. "Celana itu pantas dipakainya. Ia akan terlihat gagah."
"Untuk menantu ibu," ulang Koko Liem. "Ibu begitu perhatian kepada menantu."
"Menantu saya baik. Dia sopan, saya senang. Dia sedang berulang tahun, dan saya ingin memberikan kado sebagai kejutan."