Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Nature

NRI Indonesia Terperosok

7 April 2012   02:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:56 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_170368" align="alignnone" width="596" caption="Merah mendominasi di wilayah utara (Sumber: World Economy Forum)"][/caption]

Indonesia terjun bebas, terperosok dalam ketidakberdayaan di bidang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Tidak tanggung-tanggung, 27 anak tangga negeri ini terjerembab karena kegagalaannya dalam memberdayakan fungsi TIK demi perkembangan ekonomi dan masyarakat. Keterperosokan tersebut disebutkan oleh World Economic Forum tahun yang secara rutin mempublikasikan Networked readiness Index (NRI).

Word Economic Forum kembali merilis The Global Information Technology Report 2012, dengan sub judul “Living in a Hyperconnected World”. Laporan tersebut memeringkat 142 Negara berdasarkan NRI. NRI mengukur sejauh mana negara maju dan berkembang di seluruh dunia memanfaatkan TIK untuk meningkatkan daya saing. TIK dianggap menjadi faktor pendorong utama yang bisa memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial di sebuah negara.

[caption id="attachment_170367" align="alignnone" width="591" caption="Kerangka Networked Readiness Index (Sumber: World Economy Forum)"]

13337631171625700279
13337631171625700279
[/caption]

Peringkat Indonesia melorot dari peringkat 53 – dengan nilai indeks 3,92- pada edisi 2011 menjadi peringkat 80 – dengan nilai indeks 3.75- pada edisi 2012 ini.  Lagi-lagi Indonesia kalah sama Singapura, Malaysia, Brunei, dan Thailand yang menempati posisi 2, 29, 54, dan 77. Peringkat pertama dunianya ditempati oleh Swedia dengan nilai NRI sebesar 5,94. Yang menarik adalah negara-negara skandinavia yang mendominasi sepuluh besar, yaitu Swedia, Finlandia, Denmark, dan Norwegia. Wilayah eropa utara yang dulu terkenal dengan pelaut ulung Viking-nya, ternyata saat ini menjadi negara termaju dalam pemanfaatan TIK.

Mari kita telaah kemerosotan Indonesia ini dengan mencermati posisi indikator-indikator yang digunakan untuk menghitung NRI. NRI terdiri dari empat subindeks yaitu (1) lingkungan TIK; (2) kesiapan masyarakat untuk menggunakan TIK; (3) penggunaan yang sebenarnya dari semua pemangku kepentingan utama, dan, akhirnya, (4) dampak ICT terhadap perekonomian dan masyarakat. Tiga subindeks pertama dapat dianggap sebagai faktor pendorong atau drivers, sedengkan subindeks keempat merupakan dampak dari pemanfaatan TIK. Keempat subindexes dibagi menjadi 10 pilar dan 53 variabel sesuai dengan struktur sebagai berikut:

[caption id="attachment_170369" align="alignnone" width="592" caption="Subindeks dan pilar NRI (sumber: World Economy Forum)"]

13337632811863108807
13337632811863108807
[/caption]

Berikut posisi Indonesia untuk masing-masing pilar dibandingkan rata-rata kelompok negara yang berpenghasilan menengah-bawah (lower middle income):

[caption id="attachment_170370" align="alignnone" width="573" caption="Indonesia masih unggul dari negara-negara "]

13337634371302941986
13337634371302941986
[/caption]

Secara umum semua pilar menunjukkan Indonesia memang masih mengkhatirkan dalam pemanfaatan TIK ini. Memang ada pilar yang bisa dianggap sebagai  “pelipur lara” yaitu affordability yang menempati peringkat ke-34. Namun jika dikonotasikan negatif, justru itu menunjukkan Indonesia masih tergolong: “Nafsu dan tenaga lumayan, namun masih tetap loyo”.  Indonesia dianggap paling “ngos-ngosan” pada lingkungan politik dan regulasi, infrastruktur, pemanfaatan TIK oleh individual, serta dampaknya terhadap ekonomi.  Berikut peringkat untuk masing-masing sub indeks dan pilarnya.

Environment subindex: 72 1st pillar: Political and regulatory environment: 88 2nd pillar: Business and innovation environment: 64 Readiness subindex: 74 3rd pillar: Infrastructure and digital content: 103 4th pillar: Affordability: 34 5th pillar: Skills: 69 Usage subindex: 85 6th pillar: Individual usage: 103 7th pillar: Business usage: 49 8th pillar: Government usage: 75 Impact subindex: 86 9th pillar: Economic impacts: 106 10th pillar: Social impacts: 66 Memang ada sedikit perbaikan metodologi jika dibandikan dengan edisi 2011 yang hanya menggunakan tiga subindeks yaitu Environment component, Readiness component, dan Usage component, yang dirinci menjadi 9 pilar. Pada edisi 2012, ada penambahan sub indeks baru yaitu dampak pemanfaatan TIK terhadap ekonomi dan sosial.  Berikut peringkat Indonesia pada 9 pilar tersebut pada NRI edisi 2011. Market environment: 37 Political and regulatory environment: 72 Infrastructure environment: 74 Individual readiness: 18 Business readiness: 42 Government readiness: 51 Individual usage: 87 Business usage: 50 Government usage: 82

Terlepas dari perubahan pilar dan indikatornya, Indonesia terperosok di semua pilar pada NRI edisi 2012.  Secara umum peringkat tersebut menunjukkan TIK belum dimanfaatkan dengan baik dan belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap daya saing Indonesia. Berikut Indikator yang posisinya di atas 100 negara, atau dianggap sangat mengkhawatirkan:

No. days to start a business: 124 Electricity production, kWh/capita: 109 Int’l Internet bandwidth, kb/s per user: 109 Secure Internet servers/million pop.: 109 Individuals using Internet, %: 118 Households w/ personal computer, %: 105 Households w/ Internet access, %: 109 Broadband Internet subscriptions/100 pop.: 103 Sedangkan lima indikator terbaik adalah sebagai berikut: Venture capital availability: 17 Capacity for innovation: 30 Gov’t procurement of advanced tech: 34 Mobile cellular tariffs, PPP $/min: 34 Quality of educational system: 44

Memang terkesan paradoks atau kontradiktif, Walaupun Indonesia dianggap memadai pada aspek ketersediaan dana, kapasitas inovasi, belanja teknologi oleh pemerintah, tarif seluler murah, dan mutu sistem pendidikan, tetapi semua itu tidak cukup kuat untuk mengangkat posisi Indonesia secara keseluruhan. Kadang ada kambing hitam yang dikorbankan, yaitu jumlah penduduk yang banyak, menempati urutan empat dunia, dan negara kepulauan yang tergolong terluas di dunia.

Posisi Indonesia tersebut patut dijadikan cermin bagi kita semua. Mudah-mudahan Indonesia tidak semakin terperosok lagi ke depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun