Mendikbud tetap tegar mempertahankan kebijakan publikasi makalah di jurnal ilmiah sebagai syarat lulus dari Perguruan Tinggi. Walau menuai kontroversi, kebijakan yang ditandatangani oleh bawahannya – yakni Dirjen Dikti Djoko Santoso -tetap diberlakukan. Malah Mendikbud menegaskan kembali tiga tujuan yang melatarbelakanginya, yakni menumbuhkan budaya menulis, perspektif (pengembangan dan penyebaran) keilmuan, serta meminimalkan plagiat. Tidak ada yang patut dipertanyakan soal tujuan tersebut. Kita semua pasti mendukungnya.
Kali ini saya tidak membahas polemik antara kubu pro dan kontra, namun menelisik redaksi surat edarannya. Bukan tentang bahasa atau maknanya, bukan pula mempertanyakan penyebutan Malaysia yang dijadikan benchmark. Saya lebih tertarik dengan data jumlah publikasi yang tertulis dalam surat edaran Dirjen Dikti. Dari manakah Dikti mendapatkan sumber datanya? Kita lihat kembali alinea pertama pada surat edaran tersebut:
“Sebagaimana kita ketahui bahwa pada saat sekarang ini jumlah karya ilmiah dari Perguruan Tinggi Indonesia secara total masih rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, hanya sekitar sepertujuh.”
Ya, menurut dirjen Dikti, hanya sepertujuh dari Malaysia saja! Namun, berapa jumlah karya ilmiah yang sesungguhnya? 10, 100, atau ribuan makalah kah? Dari mana Dikti dapat datanya hingga menyatakan: “hanya sekitar sepertujuh“? Bagaimana posisi Perguruan Tinggi Indonesia di bandingkan perguruan tinggi di dunia?
Saya coba melihat-lihat kembali Scimago Institution Ranking (SIR) yang didukung oleh Scopus, sebuah lembaga yang dianggap pengindeks publikasi ilmiah bermutu, atau katanya paling bergengsi. Scimago merilis peringkat institusi di seluruh dunia berdasarkan jumlah publikasi ilmiah. Pemeringkatan dilakukan setiap tahun, dan baru dua edisi yang telah dirilis ke publik, yakni tahun 2010 dan 2011.
Pada edisi 2011, SIR mencakup 3042 lembaga Riset- termasuk 2010 Perguruan Tinggi (PT) – di dunia. Jumlah institusi tersebut mendominasi 80% karya ilmiah yang terindeks oleh basis data Elsevier’s Scopus. Pemeringkatan menggunakan 6 indikator yaitu: Output, International Collaboration, Normalized Impact, High Quality Publications, Specialization Index, dan Excellence Rate. Metodologi selengkapnya dapat dilihat di websitenya di sini.
Siapa Jawara Dunia? Seperti dugaan, peringkat dunia didominasi oleh institusi di tiga wilayah, yakni Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur, termasuk China. [caption id="attachment_160366" align="alignnone" width="646" caption="Tiga wilayah yang mendominasi publikasi ilmiah bergengsi (Sumber gambar: Scimago Institution Rankings)"][/caption]
Tiga besar dunia diduduki oleh lembaga riset yang dimiliki oleh pemerintah China, Perancis, dan Rusia. Amerika Serikat masih mendominasi sebagai negara dengan jumlah institusi terbanyak yang masuk peringkat dunia, yakni 498 lembaga, diikuti China dengan 285 lembaga. Hanya empat perguruan tinggi yang masuk sepuluh besar dunia. Berikut peringkat World Top Ten:
- Chinese Academy of Sciences (China)
- Centre National de la Recherche Scientifique (Perancis)
- Russian Academy of Sciences (Rusia)
- Harvard University (Amerika Serikat)
- Max Planck Gesellschaft (Jerman)
- University of Tokyo (Jepang)
- National Institutes of Health United States (Amerika Serikat)
- University of Toronto (Kanada)
- Consejo Superior de Investigaciones Cientificas (Spanyol)
- Johns Hopkins University (Amerika Serikat)
Siapa Raja Asia? Setelah China dengan 285 lembaga, Jepang menjadi negara penyumbang lembaga terbanyak kedua di Asia dengan 176 lembaga, disusul oleh India dengan 111 lembaga, Korea dengan 76 lembaga, dan Taiwan dengan 68 lembaga. Berikut peringkat sepuluh besar di Asia:
- Chinese Academy of Sciences (China)
- University of Tokyo (Jepang)
- Tsinghua University (China)
- Zhejiang University (China)
- Kyoto University (Jepang)
- Shanghai Jiao Tong University (China)
- Osaka University (Jepang)
- Tohoku University (Jepang)
- Peking University (China)
- Harbin Institute of Technology (China)
Di mana Perguruan Tinggi Indonesia? Dari 3042 yang masuk peringkat SIR 2011, hanya tiga kampus dari Indonesia, yaitu UI peringkat 2451, ITB peringkat 2466, dan UGM peringkat 2944. Jumlah tersebut memang sangat mengenaskan dibandingkan dengan jumlah Perguruan Tinggi di Indonesia yang sudah melampaui 3000 kampus. Indonesia masih kalah dengan Thailand yang menyertakan 16 lembaga, Malaysia dengan 14 lembaga, dan Singapura dengan 13 Lembaga. Indonesia hanya setara dengan Vietnam yang juga menyertakan tiga lembaganya, dan masih di atas Filipina dengan 2 Lembaga. Bahkan, tiga PTN tersebut tidak masuk tiga puluh besar di wilayah ASEAN. Berikut peringkat Top Ten ASEAN:
- National University of Singapore
- Nanyang Technological University
- Agency for Science, Technology and Research Singapore
- Chulalongkorn University
- Mahidol University
- University of Malaya
- Science University of Malaysia
- Putra University
- National University of Malaysia
- Chiang Mai University
*****