Mohon tunggu...
Budi Hastono
Budi Hastono Mohon Tunggu... -

budi hastono mahasiswa universitas muhammadiyah surakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menengok Bangsaku

4 September 2013   01:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:24 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

MENENGOK BANGSA KU

Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya

Indonesia sejak dulu kala selalu di puja puja bangsa

Di sana tempat lahir beta

Di buai dibesarkan bunda

Tempat berlindung di hari tua

Sampai akhir menutup mata

Lagu semarak yang kita nyanyikan ketika kita masih SD, menjadi lagu wajib bagi anak kelas 4 SD, saya masih ingat betul menyanyikan lagu ini dengan kawan –kawan ku ketika itu. Indonesia ku menjadi lahan yang begitu nikmat untuk di tinggali, menjadi kawan bagi kami menyelami dunia anak-anak kami. Negeri yang memang memiliki populasi manusia yang luar biasa, kawasan teritorial yang luas, kelautan yang merajalela, hutan yang kaya. Kiranya menjadi patokan awal ketika kita melihat kenyataan tentang kekayaan negeri ini yang luar biasa.

Menceritakan indonesia harus berlatar kepada sejarah yang otentik, bukan sejarah tanpa kritik yang di cipta oleh pemimpin aritokritik. Sejarah bangsa ini menjadi ambiuitas, antara kebenaran dan kebohongan. Jaman telah berubah, manusia telah berubah, melihat sejarah ketika Tanah negeri ini masih menjadi catatan sejarah dalam kerajaan-kerajaan. kerajaan mulai terkikis oleh datanggnya kau feodal yang bernama penjajah, tatanan negeri ini berubah tanpa arah. Menjajah tanpa belas,yang ada hanya mengambil tanpa ambil pusing. Kepongahan menusuk lama ketika manusia negeri ini ingin terbebas dari penjajahan, muncul manusia langka sekelas “ pahlawan “ dalam koleksi negeri ini.

Pahlawan menjadi sematan nama yang begitu agung, untuk mengenang keberbedaan mereka dari pada manusia umumnya ketika itu. Mereka hadir sebagai intelektual pembebasan yang berani melawan kelaliman, dengan bekal ilmu pengetahuan tentunya. Mereka hadir tidak dari batu namun mereka hadir di tempa bagai batu. Segalanya menjadi pasti ketika keberanian merasuk kedalam setiap akar dan sel-sel kita.

Realitas tidak hadir dari kebetulan, realitas hadir dari sebuah kesengajaan. Realitas muncul dari sebuah perencanaan, dari sebuah konsepsi tentang bagaimana menampikan sebuah realitas itu. Indonesia sebagai realita, bukan ambiguitas atau bahkan absurditas, Indonesia hari ini adalah realitas.

Menyusuri jejak-jejak sejarah perjuangan, Indonesia masih belum mau keluar dari kebiasaan, menjatuhkan dan menginginkan perubahan secara instan. Ketika tidak cocok, hal yang terbaik dan dapat dilakukan adalah menurunkan dan memberontak dan melakukan tindakan revolusioner untuk merubah keadaan dengan cepat. Keinginan yang jika kita melihat sejarah, memang terjadi demikian.

Meminjam kalimat dan berbagai tulisan Pramoedya tentang negeri ini, seorang budayawan menyimpulkan penyakit akut bangsa ini.

Amnesi Sejarah

Kalimat ini mungkin akan tepat, jika di sematkan pada manusia secara umum tanpa penelitianpun mungkin kita mampu menyimpulkan kalimat ini. Namun ini tidak dapat kita sematkan pada manusia yang masih mencari dan membaca sejarah bangsa ini, jadi kalimat ini hanya bersifat umum. Meminjam lagi sebuah kalimat “ Jangan Lupakan Sejarah “ ( Jas Merah ). Pidato soekarno 17 Agustus 1966 dalam menanggapi permasalahan bangsanyayang sedang morat-marit, nasib beliau memang kurang beruntung karena di lengserkan jendral Soeharto, namun nasib bangsanya kembali. “ jangan sekali kali meninggalkan sejarah, bukan demi masa lalu, sebab sejarahpun di tulis demi masa depan “

Sejarah menjadi kaca bagi generasi selanjutnya, kehilangngan terhadap sejarah berarti kehilangan bangsanya. Bagaimana mungkin kita akan tahu siapa kita tanpa melihat siapa bapak, kakek, ibu nenek, buyut dari kita. Identitas negeri ini adalah sejarah. Menjadi pertanyaan apakah kita aka menjadi anak sejarah yang mengantarkan kehidupannmu saat itu menjadi lebih bermakna.

Sejarah bukan menjadi bahan untuk kita tiru, kita harus seperti, kita mestinya seperti ini...., sejarah harus mengantarkan kita pada titik loncat lebih tinggi. Kita harus melebihi seangat soekarno, kita harus lebih cerdas dari Hatta, kit harus lebih berani dari Tan Malaka, dan kita harus lebih politis dari Soeharto ( dalam tanda Kutip ). Mengingat dan memebenarkan sejarah harus dilakukan sebelum Amnesi sejarah ini menjadi benar-benar lupa.

Kehilangan kebudayaan

Budaya timur, mampat , bahkan mandeg tak mau kembali berjalan. Budaya timur yang mengedepankan etika dan moral menghilang dari tanah tumpah negeri ini. Menjadi pertanyaan pula, apakah kita tahu akar kebuayaan kita apa?. Budaya memiliki perbedaan dengan kebudayaan, budaya menjadi kalimat representasi apa yang di hasilkan manusia ketika itu, ketika etika moral sopan, santun terkikis itulah budaya yang ada pada masa itu. Namun, kebudayaan merupakan sebuah tatanan yang membentuk sesuatu bentuk jadi, bentuk jadi yangmenjadi titik tolak dan identitas awal sesuatu itu.

Koetowijoyo ( 2006 : 8 ) menyajikan kalimat kecil “ kebudayaan dapat menjadi tidak fungsional jika simbol dan normanya tidak lagi didukung oleh lembaga-lembaga sosialnya, atau modus organisasi sosial dari budaya itu “. Penulis tidak menjabarkan apa kebudayaan negeri ini sesungguhnya, namun penulis mengajak pembaca untuk kembali menemukan kebudayaan kita yang sesungguhnya. Kebudayaan tidak lagi menjadi semangat perubahan, namun manusia negeri ini menjadi kehilangan kebudayaan karena kelathan sebagian besar warga negeri ini. Latah kehilangan budayanya, latah dalam mencari siapa bangsanya ini. Nilai- nilai dasar kebudayaan yang ada di bangsa ini menjadi tidak fungsionalis sama sekali untuk mengeja kedepan bangsa ini.

Mengalami kehilangan sama saja mengalami kerugian. Budaya asing masuk tanpa filtrasi dari pemegang kebudayaan itu, menjadi titik balik untuk mengfungsikan kembali nilai-nilai etis dalam budaya negeri ini. Mengfungsikan kembali fungsi lembaga budaya. Kebudayaan kali ini mengalami penyempitan makna karena pemerintah tidak memiliki strategi pengembangan yang jelas dan terarah. Selama kebudayaan hanya diartikan sebagai kesenian belaka yang berujung pada produk kebudayaan secara material ( Tari, Musik dll ) dan komersial.

Penyempitan itu muncul ketika pemegang otoritas budaya yaitu masyarakat, tidak lagi mampu mengetahui kebudayaannya karena pemerintahan sebagai pelayan rakyat tidak menjadi lembaga yang mengatur kebudayaan itu. Pemeritah harus mengelola kebudayaan menjadi kebudayaan indonesia yang sesungguhnya untuk membentuk Ke- Indonesiaan yang sebenarnya.

Korupsi

Penyakit warisan, bangsa landa ( Penjajah ), warisan VOC terkait korupsi. Lagi-lagi tak lagi ada konsepsi yang jelas untuk mejelaskan kenapa hal ini mampu terjadi. Orisinilitas manusia sebagai mahluk suci hilang, penulis menyatakan ini karena negeri ini mengakui adanya tuhan sebagai pencipta. Mungkin kah tuhan telah mati di negeri ini, esensi ajaran ketuhanan menghilang lepas.

“ sekarang martabat negara, tampak telah sunyi sepi, sebab rusak pelaksanaan peraturannya, karena tanpa teladan, orang meninggalkan kesopanan, para cendikiawan dan para ahli terbawa, hanyut ikut arus dalam jaman bimbang, bagaikan kehilangan tanda-tanda kehidupannya, kesengsaraan dunia karena tergenang berbagai halangan “ ( ronggo warsito )

Hilangnya kesopanan, munculnya korupsi, bagi penulis merupakan korelasi pasti. Ronggo warsito membicarakan itu sebelum manusia seperti kita lahir. Menuju jaman bimbang ketika harus melakukan tindakan biadab ini. “ penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara ( perusahaan dsb ) untuk kepentingan pribadi atau orang lain “. Korupsi menjadi biang dari tengokan kita terhadap negeri ini, tengokan miris melihat ketimpangan sosial, jas berkerah dan kulit tak berbaju. Perut gendut dan perut busung. Ternyata mulainya dari aparatur yang hilang kesopanannya.

Kehilangan nilai dasar manusia sebagai mahluk sosial berubah menjadi mahluk individu yang dratis menyingkirkan esensi manusia di sekitarnya. Utang bertambah korupsi bertambah, apa yang akan diwariskan kepada anak cucu nanti. Kegialaan yang harus segera di hanguskan dan si sembur. Ingat pemerintahan bukan tuhan yang harus kita puja, namun mereka pelayan kita untuk segera mensejaherakan kita lewat janji mereka. ‘ tidak ada negara yang miskin, kecuali salah urus ‘’. Banyaknya dan melipahnya korupsi menjadi rahasia umum yang menjadi indikasi rusaknya negeri ini.

Ketiga penyakit tersebut menjadi titik balik yang harusn segera kita rubah, kita memilih merubah dengan segera atua kita menunggu kita mati sebelum perubahan itu terjadi. Ke tiga hal di atas merupan bentuk pembusukan rakyat , pembusukan tersturtur. Jangan biarkan rakyat mati terbusukkan oleh manusia-manusia busuk yang mengatur negeri ini. Lawan dan lawan

*Mahasiswa PBSID FKIP UMS

Aktif di IMM Kom.FKIP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun