Mohon tunggu...
Budi Setiawan
Budi Setiawan Mohon Tunggu... -

Sesuatu yang kita sebut 'nasib' itu bukanlah sebuah keadaan yang permanen. Dia sangat lentur, luwes,dan reaktif. Dia berespon kepada kualitas sikap dan tindakan-tindakan kita, tanpa menyumbangkan pendapatnya sendiri. Dia 'nasib' itu, berupaya sangat netral, meskipun sebetulnya dia sangat berpihak kepada keberhasilan dan kebahagiaan kita (MT). Detail about me in http://budirich.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tunggu Aku Fatimah*

18 Desember 2010   01:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:38 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dia yang percaya bahwa cantik itu adalah kesederhaan...

Mereka bilang cinta itu harus diperjuangkan, orang bilang cinta itu akan menemukan jalannya sendiri, rasanya begitu banyak definisi, cara atau kondisi yang akan timbul jika kita membahasnnya. Bagiku sendiri, cinta itu adalah kesederhanaan, sikap tanpa pamrih yang selalu mengajak para pengikutnya untuk lebih dekat kepada Pencipta cinta itu sendiri. Dan ketika cinta sudah lari dari koridornya maka cinta itu sejatinya akan semakin menghanyutkan ke jurang yang teramat dalam.

Cinta sejati itu berbeda, bukan seperti indra pengecap yang bisa merasakan rasa secara verbal. Seperti lidah yang merasakan manisnya madu, asinnya garam, pahitnya daun pepaya, dan begitu seterusnya.

Cinta sejati itu berbeda, maka jangan engkau samakan seperti mabuknya broker saham pada saat pasar sedang bullish. Broker hanya membeli sesuai rumor dan menjualnya ketika mereka menemukan fakta jika saham tak sebaik apa yang dirumorkan. Tak hanya itu, teori ekonomi-pun kesulitan untuk mendeskripsikan perihal ini ke dalam bentuk grafik karena cinta tidak mengenal adanya cateris paribus.

Hari ini aku sedang menanti sambari berdo’a serta berharap akan bertemu dengan dia yang sederhana. Dia yang datang dengan kesederhanaan kasih sayang, sesederhana kelembutan wajahnya yang terbalut kain panjang menjulur menutup semua yang diharamkan oleh agama, hingga aku belum bisa melihat sehelai rambutpun keluar dari mahkota itu. Hmmm, dia Insya Allah benar-benar sederhana. Dan aku tidak tahu harus berbuat apa!.

Bagiku dia sangat istimewa tetapi hingga hari ini aku belum pernah melihatnya menyombongkan diri atas apa yang dia miliki. Dia yang percaya bahwa cantik itu adalah kesederhaan. Kata-kata yang indah bagiku. Untuk orang yang indah lagi sederhana Insya Allah aku akan berusaha untuk mengaguminya secara sederhana dan semoga engkau-pun bisa menerima kesederhaanku (Aamin Ya Robb).

Seperti kisah Fatimah dalam buku Al Chemist yang sabar menanti Santiago. Kesederhanaan dan kebaikan Fatimah yang mengizinkan Santiago untuk mengejar mimpi-mimpinya. Karena pada saat itu Fatimah yakin Santiago akan kembali untuknya dengan membawa mimpi-mimpi yang pernah dia cetikan kepada Fatimah. Bukan sebagai lambang keegoisan Santiago tetapi dia ingin membahagiakan Fatimah karena impian terbesar Santiago selain harta karun adalah menikahi Fatimah.

Biar lebih berasa, langsung aku kutip tulisan Paulo Coelho dalam bukunya Al-Chemist. Buku yang bagiku sangat menginsprasi dan mengajakku untuk berani bermimpi. Ya bermimpi jauh, bahkan hingga tak tergapai oleh kemamppuanku saat ini.

Cerita itu dimulai dari kegamangan Santiago ketika dia berada pada dua pilihan yang sulit. Tetap tinggal di gurun dan menikahi Fatimah atau terus berjalan untuk mengejar legenda pribadinya?

The al chemist memberikan kemungkinan-kemungkinan dari kedua keraguan itu. Jika engkau memilih tinggal disini bersana Fatimah, maka kau akan menjadi penasehat oasis itu. Kau punya emas cukup untuk membeli domba dan unta. Kau akan menikah dengan Fatimah, dan selama setahun kalian akan hidup bahagia. Kau akan belajar mencintai padang pasir ini, dan kau akan belajar mengenal setiap batang pohon kurma yang jumlahnya lima puluh ribu itu. Kau akan mengamati mereka tumbuh, sebagai bukti bahwa dunia telah berubah. Dan kau akan semakin mahir memahami pertanda-pertanda, sebab padang pasir adalah guru terbaik.

Suatu saat pada tahun kedua, kau akan ingat harta karun itu. Pertanda-pertanda akan mulai mengarah ke sana bertubi-tubi, dan kau akan mencoba mengabaikannya. Kau akan menggunakan pengatahuanmu untuk kesejahteraan oasis ini serta para penghuninya. Kepala-kepala suku akan menghargai sumbangsihmu. Unta-untamu akan membawa kekayaan dan kekuasaan.

Selama tahun ketiga, pertanda-pertanda itu akan terus mengarahkanmu pada harta karun dan takdirmu. Kau akan berjalan gelisah, malam demi malam, di oasis itu. Dan Fatimah akan merasa sedih karena dia merasa dirinyalah yang telahg menghambat pencarianmu. Tapi kau mencintainya dan dia akan menbalas cintamu. Kau akan ingat, dia tidak pernah memintamu untuk tinggal, sebab wanita gurun tau dia mesti menunggu suaminya. Jadi, kau tidak akan menyalahkan dia. Tapi berkali-kali kau berjalan di gurun pasir, berandai-andai kalau saja dulu kau pergi, kalau saja kau lebih menaruh keyakinan akan cintamu pada Fatimah. Sebab yang menahanmu di oasis adalah rasa takutmu sendiri, kalau-kalau kau tidak kembali. Dan pada titik itu, pertanda-pertanda akan menunjuukkan padamu bahwa harta karunmu telah terkubur selama-lamanya.

Kemudian, pada suatu saat di tahun keempat, pertanda-pertanda itu akan menginggalkanmu, sebab kau tidak lagi mendengar mereka. Kepala-kepala suku akan melihatnya, dan kau akan disingkirkan dari kedudukanmu sebagai penasihat. Tapi pada saat itu kau sudah menjadi saudagar kaya raya, memiliki banyak unta dan barang dagangan. Sepanjang sisa hidupmu kau akan menyesali, kenapa dulu kau tidak mengejar takdirmu.

kau harus mengerti, cinta tak pernah menghalangi orang untuk mengejar takdirnya. Kalau dia melepas impian-impiannya, itu karena cintanya bukan cinta sejati, bukan cinta yang berbicara bahasa dunia”.

Realita seperti cerita di atas sering kita hadapi, ketika harus dihadapkan pada dua pilihan yang cukup sulit. Semua keputusan akan kembali pada diri kita sendiri. Mungkin saja kondisi kita saat ini, apapun itu. Semua adalah kumpulan dari pilihan kita di masa lalu. Sekarang bola ada di kaki kita dan mau kemana kita akan menggiringnya. Apakah kita tinggal di padang pasir dan menikah dengan Faimah atau mengejar mimpi-mimpi kita dahulu sebelum akhirnya bisa mewujudkan legenda pribadi kita, salah satunya adalah menikah dengan Fatimah?

Makassar December 17, 2010.

Menanti sebuah jawaban..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun