Mohon tunggu...
Budi Setiawan
Budi Setiawan Mohon Tunggu... -

Sesuatu yang kita sebut 'nasib' itu bukanlah sebuah keadaan yang permanen. Dia sangat lentur, luwes,dan reaktif. Dia berespon kepada kualitas sikap dan tindakan-tindakan kita, tanpa menyumbangkan pendapatnya sendiri. Dia 'nasib' itu, berupaya sangat netral, meskipun sebetulnya dia sangat berpihak kepada keberhasilan dan kebahagiaan kita (MT). Detail about me in http://budirich.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tunggu Aku Fatimah*

18 Desember 2010   01:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:38 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selama tahun ketiga, pertanda-pertanda itu akan terus mengarahkanmu pada harta karun dan takdirmu. Kau akan berjalan gelisah, malam demi malam, di oasis itu. Dan Fatimah akan merasa sedih karena dia merasa dirinyalah yang telahg menghambat pencarianmu. Tapi kau mencintainya dan dia akan menbalas cintamu. Kau akan ingat, dia tidak pernah memintamu untuk tinggal, sebab wanita gurun tau dia mesti menunggu suaminya. Jadi, kau tidak akan menyalahkan dia. Tapi berkali-kali kau berjalan di gurun pasir, berandai-andai kalau saja dulu kau pergi, kalau saja kau lebih menaruh keyakinan akan cintamu pada Fatimah. Sebab yang menahanmu di oasis adalah rasa takutmu sendiri, kalau-kalau kau tidak kembali. Dan pada titik itu, pertanda-pertanda akan menunjuukkan padamu bahwa harta karunmu telah terkubur selama-lamanya.

Kemudian, pada suatu saat di tahun keempat, pertanda-pertanda itu akan menginggalkanmu, sebab kau tidak lagi mendengar mereka. Kepala-kepala suku akan melihatnya, dan kau akan disingkirkan dari kedudukanmu sebagai penasihat. Tapi pada saat itu kau sudah menjadi saudagar kaya raya, memiliki banyak unta dan barang dagangan. Sepanjang sisa hidupmu kau akan menyesali, kenapa dulu kau tidak mengejar takdirmu.

kau harus mengerti, cinta tak pernah menghalangi orang untuk mengejar takdirnya. Kalau dia melepas impian-impiannya, itu karena cintanya bukan cinta sejati, bukan cinta yang berbicara bahasa dunia”.

Realita seperti cerita di atas sering kita hadapi, ketika harus dihadapkan pada dua pilihan yang cukup sulit. Semua keputusan akan kembali pada diri kita sendiri. Mungkin saja kondisi kita saat ini, apapun itu. Semua adalah kumpulan dari pilihan kita di masa lalu. Sekarang bola ada di kaki kita dan mau kemana kita akan menggiringnya. Apakah kita tinggal di padang pasir dan menikah dengan Faimah atau mengejar mimpi-mimpi kita dahulu sebelum akhirnya bisa mewujudkan legenda pribadi kita, salah satunya adalah menikah dengan Fatimah?

Makassar December 17, 2010.

Menanti sebuah jawaban..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun