Mohon tunggu...
Sony Budiarso
Sony Budiarso Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Menulis untuk melihat dunia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

COVID-19: Bingung Soal Strategi, tapi Lupa Belajar

25 Maret 2020   19:10 Diperbarui: 11 Mei 2020   01:13 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Corona Virus Disease-19(COVID-19)

Kita tidak pernah tahu bagaimana dunia berkembang di masa depan, seperti halnya orang pada abad 18 yang tidak terbayangkan pada abad 20 akan ada koneksi internet dan teknologi digital semaju sekarang.

Namun, meski telah merambah ke era digital, terbukti saat ini masih banyak negara terlihat "kelabakan" dan seakan belum siap menghadapi virus ini. Ujungnya, pandemi ini menyebabkan sejumlah masalah yang serius, diantaranya adalah terjadinya masalah ekonomi di berbagai negara, termasuk yang sedang terjadi di Indonesia. Masalah ini timbul 20 karena salah satu economic cost dari coronavirus ke Indonesia adalah gangguan dalam kemampuannya untuk mengekspor barang ke luar negeri selama beberapa bulan. 

Bahkan, beberapa negara-negara langganan ekspor Indonesia juga banyak yang telah menerapkan kebijakan proteksionisme perdagangan yang tentu saja akan berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi lokal.

Hal ini diperumit dengan banyaknya investor asing yang melakukan “panic selling” dengan menarik modalnya dari Pasar Modal Indonesia, menyebabkan angka IHSG turun dan beberapa perusahaan yang berfundamental rendah, terancam pailit.

Apalagi sejak diberlakukannya social distancing, Indonesia tak lagi dapat menggunakan kapasitas penuhnya untuk berproduksi, ia hanya stagnan dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi global yang diprediksi hanya meningkat kurang dari 30% disebabkan pandemi.

Sisi positifnya, Pandemi Coronavirus membuka mata kita bahwa di dunia ini masih terdapat banyak kesenjangan yang terlihat. Banyak negara masih kekurangan tenaga medis, teknologi laboratorium, atau rumah sakit yang mumpuni untuk mendeteksi dan menangani wabah secara cepat. 

Terdapat juga kesenjangan dalam privilege, yaitu keterbatasan untuk melakukan tes diagnostik dan protokol Coronavirus yang akhirnya menyebabkan tak semua orang bisa melakukan tes terhadap Coronavirus, memungkinkan banyak orang yang terinfeksi di kemudian hari tak dapat terdeteksi.

Sekarang saatnya WHO dan organisasi kesehatan masyarakat lainnya perlu menyediakan wadah bagi para pakar dari negara-negara di seluruh dunia untuk serius membahas berbagai dampak yang ditimbulkan dari pandemi global Coronavirus, serta meramu strategi yang berfokus pada berbagai tindakan pencegahan, yaitu menghentikan pandemi sebelum mulai, bukan mencari solusi ketika sudah mewabah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun