Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Sisi Kehidupan

29 Oktober 2024   13:56 Diperbarui: 29 Oktober 2024   14:06 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah warung kopi bernama "Kopi Canda," Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal duduk berkeliling meja, menikmati secangkir kopi sambil membahas topik hangat tentang kebahagiaan dan kesusahan dalam hidup. Malam itu, langit kelihatan cerah, seolah mendukung diskusi mereka.

Kobar, yang terkenal sebagai pemikir di antara mereka, memulai. "Teman-teman, kita semua tahu bahwa hidup itu tidak selalu mulus. Bahagia dan susah, keduanya adalah bagian dari kehidupan kita. Tapi, mengapa kita sering kali hanya fokus pada kebahagiaan?"

Kahar, si optimis, langsung menjawab. "Oh, Kobar! Kebahagiaan itu memang penting, tetapi kesusahan juga memberikan warna dalam hidup kita. Tanpa kesusahan, kita tidak akan menghargai kebahagiaan. Seperti kopi, tanpa sedikit pahit, tidak akan terasa nikmat!"

Badu, si realistis, menyela. "Benar, Kahar. Tapi, kadang aku merasa kesusahan datang bertubi-tubi. Seperti saat aku gagal ujian, rasanya dunia ini runtuh. Di saat-saat seperti itu, sulit untuk melihat sisi bahagianya."

Rijal, yang selalu optimis, menambahkan, "Tapi, Badu, ingat waktu kita pergi camping? Kita mengalami kesusahan ketika tenda kita roboh, dan hujan deras. Namun, itu juga momen terbaik kita! Kita semua tertawa dan saling membantu."

Kobar mengangguk setuju. "Ya, Rijal! Kesusahan itu bisa menjadi pelajaran berharga. Kita belajar untuk saling mendukung dan menemukan cara untuk mengatasi masalah bersama."

Kahar, sambil tersenyum, mengingatkan. "Dan kita tidak bisa melupakan Pak Joko! Dia selalu bilang, 'Kehidupan ini seperti menggambar. Terkadang kita perlu garis yang salah untuk menciptakan gambar yang indah.'"

Badu menimpali, "Iya, dan kita harus bisa merayakan kesalahan kita! Seperti saat kita mencoba memasak di rumah, hampir semua makanan kita gagal, tetapi kita juga menikmati momen itu."

Rijal, ceria, berkata, "Dan bahkan saat kita membuat kue yang hancur, kita bisa tertawa dan mengingatnya sebagai kenangan indah. Itu menunjukkan bahwa bahagia dan susah itu beriringan."

Pak Joko, pemilik warung, mendekat sambil membawa secangkir kopi. "Anak-anak, kehidupan ini seperti bermain alat musik. Terkadang ada nada yang salah, tetapi itu semua bagian dari melodi. Kesedihan dan kebahagiaan adalah dua sisi dari koin yang sama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun