Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seni Rupa Kita Mau ke Mana?

26 Oktober 2024   15:34 Diperbarui: 26 Oktober 2024   16:26 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kafe seni yang ramai, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal berkumpul dengan secangkir kopi dan beberapa sketsa. Di dinding, lukisan-lukisan berwarna cerah bersaing dengan mural modern yang menggambarkan kekacauan dunia. Suasana semakin meriah ketika mereka mulai membahas topik yang sedang hangat: "Seni Rupa Indonesia Mau ke Mana?"

"Jadi, apa pendapat kalian? Kita ini sebagai seniman Indonesia, sebenarnya mau ke mana?" tanya Kobar, menggerakkan sendoknya dalam cangkir.

Kahar, yang dikenal serius, menyandarkan punggungnya ke kursi. "Seni rupa kita sepertinya sedang mengalami krisis identitas. Apakah kita ingin tetap berpegang pada tradisi, atau kita mau berani mengeksplorasi hal baru?"

Badu, yang selalu memiliki pandangan lucu, segera menimpali. "Atau kita bisa melakukan keduanya! Tradisi dengan sedikit sentuhan modern. Misalnya, lukisan batik dengan gaya anime! 'Batik Otaku'!"

Semua tertawa, termasuk Kahar yang biasanya kaku. "Bisa jadi, tetapi apakah itu masih disebut batik? Atau justru menjadi 'batik yang bingung'?"

Rijal, yang paling tenang, berpikir sejenak. "Mungkin seni rupa Indonesia perlu menilai kembali makna dari identitas. Kita tidak bisa terjebak pada satu definisi saja. Harus ada ruang untuk inovasi."

Kobar menambahkan, "Tapi, apakah inovasi kita hanya akan menjadi tiruan dari seni Barat? Kita perlu menemukan suara unik kita sebagai seniman Indonesia."

Kahar mengangguk. "Persis! Kita harus bisa menunjukkan bahwa seni rupa Indonesia itu kaya akan nilai dan makna. Tetapi kadang, kita juga terjebak dalam stereotip."

Badu mengangkat tangan, "Seperti 'Seni Rupa: Semangat dari Tanah Air'! Padahal di dalamnya, kita hanya menggambar pemandangan sawah dan gunung! Itu semua bagus, tetapi kita perlu lebih dari itu!"

"Jadi, apa solusinya?" tanya Rijal. "Apakah kita perlu membentuk komunitas seni yang lebih kuat? Mengajak kolaborasi antar seniman dari berbagai daerah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun