Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Rekrutmen ASN, Mencari Pelayan Publik atau Sekadar Pencari Jabatan?

24 Oktober 2024   19:17 Diperbarui: 24 Oktober 2024   19:17 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah hiruk-pikuk modernisasi, rekrutmen Aparatur Sipil Negara (ASN) selalu menjadi topik yang hangat diperbincangkan, terutama saat musim seleksi tiba. Proses ini dianggap sebagai gerbang menuju pekerjaan stabil dengan gaji tetap dan berbagai tunjangan. 

Tidak heran, ribuan, bahkan jutaan orang berlomba-lomba untuk masuk ke dalam sistem pemerintahan yang, bagi sebagian orang, dianggap sebagai karier idaman. Namun, di balik gemerlap daya tarik ASN, ada pertanyaan mendasar yang perlu kita refleksikan: Apakah sistem rekrutmen ASN saat ini benar-benar berhasil menjaring pelayan publik yang kompeten dan berdedikasi? Ataukah lebih banyak yang hanya mengejar status dan kenyamanan jabatan?

ASN: Pelayan Publik atau Simbol Kesuksesan?

Menjadi ASN seharusnya berarti menjadi pelayan masyarakat. Mereka bertanggung jawab untuk menjalankan berbagai layanan publik, dari kesehatan, pendidikan, hingga administrasi pemerintahan. Idealnya, ASN adalah sosok yang mengutamakan kepentingan rakyat, bekerja dengan dedikasi, dan berkomitmen untuk membangun negara.

Namun, seiring berjalannya waktu, citra ASN mulai bergeser. Banyak orang melihat profesi ini lebih sebagai simbol kesuksesan dibandingkan peran pelayan publik. ASN kini kerap diasosiasikan dengan stabilitas finansial, jaminan pensiun, dan keamanan pekerjaan, bukan dengan dedikasi dan tanggung jawab. 

Akibatnya, motivasi sebagian besar pelamar ASN cenderung berfokus pada kepentingan pribadi, seperti mengejar gaji tetap dan status sosial yang dianggap lebih terhormat. Kesan ini tidak hanya beredar di kalangan masyarakat, tetapi juga sering tercermin dalam pola pikir para pelamar ASN itu sendiri.

Seleksi ASN: Menjaring yang Terbaik atau yang Sekadar Mampu Lulus?

Proses rekrutmen ASN memang telah dirancang untuk menemukan calon-calon yang terbaik. Ada serangkaian tes kompetensi dasar (TKD), tes kompetensi bidang (TKB), hingga seleksi administrasi yang bertujuan menjaring mereka yang layak mengisi posisi di berbagai lembaga pemerintahan. 

Namun, apakah proses ini benar-benar berhasil menemukan pelamar yang memiliki integritas dan kompetensi terbaik, atau hanya sekadar yang mampu lulus tes?

Salah satu kritik terhadap proses rekrutmen ASN adalah bahwa tes-tes yang ada sering kali lebih mengukur kemampuan kognitif dan pengetahuan umum, bukan keterampilan praktis dan kecakapan dalam melayani publik. Seorang pelamar yang pandai dalam hal teori dan hafalan mungkin bisa dengan mudah lolos, tetapi apakah mereka memiliki etos kerja yang sesuai dengan tugas-tugas pelayanan masyarakat? 

Di sisi lain, pelamar yang mungkin lebih berorientasi pada pelayanan publik namun tidak memiliki nilai tes tinggi bisa tersingkir. Sistem ini, meskipun adil dalam hal seleksi berbasis kompetisi, kadang-kadang gagal menilai faktor yang lebih penting: komitmen terhadap pelayanan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun