Badu, dengan gaya santainya, menambahkan, "Ya, bro, badai oke, asal jangan bikin kita tenggelam semua di warna-warna yang nggak jelas ini."
Kobar tersenyum kecil, akhirnya bisa menerima kritikan mereka. "Oke, oke. Aku akan coba lebih mengarahkan emosi-emosi ini di karya berikutnya. Tapi tetap, aku nggak mau kehilangan kebebasanku."
Rijal mengangguk setuju. "Dan itu yang penting. Kamu bisa bebas, tapi tetap ada cara untuk membuat kebebasan itu punya makna. Biar kita semua bisa merasakannya dengan lebih dalam."
Kobar menatap kanvasnya sekali lagi, dan meskipun ia masih merasa bangga dengan luapan emosi yang telah ia tuangkan, ia mulai melihat bahwa mungkin ada ruang untuk sedikit lebih banyak kontrol di dalam kekacauan itu.
Dan dengan begitu, Kobar berjanji pada dirinya sendiri bahwa di karya berikutnya, ia akan menciptakan badai emosi yang lebih terarah---bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk para penontonnya, dan tentu saja, untuk menghindari komentar sarkastis dari Badu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H