Badu menatap Rijal, lalu Kobar, dan akhirnya berkata, "Mungkin yang paling penting adalah apa yang kita rasakan sendiri, bukan apa yang dikatakan orang lain, ya?"
Rijal tersenyum. "Tepat sekali, Badu. Kalau kamu nggak merasakan apa-apa, ya nggak apa-apa. Nggak semua hal harus diinterpretasikan sedalam jurang. Kadang, cat yang tumpah ya cuma cat yang tumpah."
Kobar menatap lukisannya sekali lagi, kali ini dengan sedikit ragu, sementara Kahar tetap bersikukuh mempertahankan pendapatnya. Di tengah ruangan yang mulai sunyi, pameran itu pun terus berlanjut, sementara di sudut sana, goresan warna-warni itu diam, menunggu tafsir baru yang mungkin lebih masuk akal---atau tidak sama sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H