Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Abstraksi Sang Mahakarya

24 Oktober 2024   05:37 Diperbarui: 24 Oktober 2024   07:54 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Badu menatap Rijal, lalu Kobar, dan akhirnya berkata, "Mungkin yang paling penting adalah apa yang kita rasakan sendiri, bukan apa yang dikatakan orang lain, ya?"

Rijal tersenyum. "Tepat sekali, Badu. Kalau kamu nggak merasakan apa-apa, ya nggak apa-apa. Nggak semua hal harus diinterpretasikan sedalam jurang. Kadang, cat yang tumpah ya cuma cat yang tumpah."

Kobar menatap lukisannya sekali lagi, kali ini dengan sedikit ragu, sementara Kahar tetap bersikukuh mempertahankan pendapatnya. Di tengah ruangan yang mulai sunyi, pameran itu pun terus berlanjut, sementara di sudut sana, goresan warna-warni itu diam, menunggu tafsir baru yang mungkin lebih masuk akal---atau tidak sama sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun