Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

100 Hari Pertama Seribu Alasan

21 Oktober 2024   09:54 Diperbarui: 21 Oktober 2024   10:21 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kobar, yang biasanya paling keras mengkritik, kali ini mengangguk setuju. "Iya, Har. Mau nggak mau, kita harus tunggu. Tapi, gue harap 100 hari kedua dia nggak cuma diisi dengan potong pita dan foto-foto lagi."

Badu tersenyum lebar. "Iya, Bor. Gue nggak butuh lagi lihat presiden potong pita jalan tol baru atau pamer proyek. Gue butuh lihat rakyat bisa makan dengan tenang, nggak ketar-ketir mikirin harga bahan pokok naik terus."

Rijal menutup percakapan dengan kalimat bijaknya. "Yah, semoga di sisa masa pemerintahannya, presiden baru ini bisa ngasih bukti, bukan cuma janji. Kalau nggak, 100 hari pertama ini bakal diingat sebagai seribu alasan."

Dengan tawa kecil yang masih tersisa, mereka melanjutkan obrolan santai lainnya. Namun di balik gurauan mereka, ada keresahan yang tak terucap---keresahan tentang masa depan yang masih abu-abu, dan tentang 100 hari yang sudah berlalu tanpa perubahan berarti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun