Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

TPS, Tempat Pembuangan Sampah atau Tempat Pengelolaan Sampah ?

21 Oktober 2024   04:49 Diperbarui: 21 Oktober 2024   05:04 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam setiap perjalanan kita di kota-kota besar, satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah kehadiran Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Sayangnya, banyak dari kita yang melihat TPS sebagai tempat kotor dan tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang dianggap sebagai sumber masalah. 

Namun, dalam konteks perubahan yang semakin mendesak ini, seharusnya kita mulai memandang TPS bukan hanya sebagai tempat pembuangan, tetapi sebagai potensi untuk pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Di tengah isu lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, seperti polusi plastik dan pencemaran tanah, pengelolaan sampah menjadi perhatian utama. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat terus meningkat, dan banyak dari kita tidak menyadari dampaknya terhadap lingkungan. 

Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia menghasilkan sekitar 68 juta ton sampah setiap tahunnya, dan hanya sekitar 40% yang dikelola dengan baik. Sisanya? Masuk ke TPS, sungai, atau bahkan dibakar sembarangan. Ini adalah tanda bahwa sistem pengelolaan sampah kita perlu diubah secara fundamental.

Mari kita lihat dari perspektif yang lebih luas. Apa sebenarnya fungsi TPS? Dalam banyak hal, TPS berfungsi sebagai titik transit untuk sampah sebelum diolah lebih lanjut. Namun, sering kali, TPS dipenuhi dengan sampah yang menumpuk, menciptakan bau tidak sedap dan masalah kesehatan. Ini terjadi karena sistem pengelolaan yang tidak efisien dan minimnya kesadaran masyarakat. 

Masyarakat cenderung melihat TPS sebagai "tempat buang" tanpa memikirkan konsekuensi yang lebih besar.

Bagaimana jika kita mengubah cara kita melihat TPS? Alih-alih sekadar tempat pembuangan, kita bisa menjadikannya pusat pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan. Banyak negara di seluruh dunia telah mulai mengimplementasikan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan ramah lingkungan. 

Misalnya, di Swedia, hampir 99% sampah diolah dan dimanfaatkan kembali, baik untuk bahan baku maupun energi. Inovasi ini berfokus pada daur ulang dan pemanfaatan ulang, mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPS.

Di Indonesia, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat. Edukasi tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik harus dimulai dari usia dini. 

Sekolah-sekolah perlu memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum, mengajarkan anak-anak tentang daur ulang, pemisahan sampah, dan cara mengurangi limbah. Jika anak-anak sejak kecil sudah dibiasakan untuk peduli lingkungan, kita dapat berharap akan ada perubahan signifikan di masa depan.

Selain pendidikan, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta juga sangat penting. Pemerintah harus berinvestasi dalam infrastruktur pengelolaan sampah yang lebih baik, termasuk pembangunan TPS yang ramah lingkungan dan fasilitas daur ulang. 

Di sisi lain, masyarakat perlu berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan, misalnya dengan mengadakan program bersih-bersih, atau bahkan menerapkan sistem bank sampah. Ini adalah cara efektif untuk mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap sampah yang mereka hasilkan.

Kita juga harus mempertimbangkan teknologi sebagai solusi dalam pengelolaan sampah. Inovasi seperti aplikasi untuk melaporkan masalah sampah, pemisahan sampah otomatis, atau bahkan teknologi pengolahan sampah menjadi energi dapat membantu mengubah TPS menjadi tempat yang lebih bersih dan bermanfaat. 

Dengan memanfaatkan teknologi, kita bisa mengurangi beban TPS dan meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah.

Namun, semua upaya ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dari pemerintah. Kebijakan yang jelas dan tegas terkait pengelolaan sampah perlu diterapkan. Hal ini termasuk pengaturan mengenai produksi plastik sekali pakai, pengenalan pajak untuk produk yang tidak ramah lingkungan, dan insentif bagi perusahaan yang menerapkan praktik berkelanjutan. 

Pemerintah juga perlu memastikan bahwa TPS beroperasi dengan baik dan tidak menjadi tempat pembuangan yang mengganggu kesehatan masyarakat.

Dalam konteks perubahan iklim dan krisis lingkungan, pengelolaan sampah adalah tanggung jawab kita bersama. TPS seharusnya tidak dipandang sebagai tempat yang menjijikkan, tetapi sebagai bagian integral dari solusi untuk lingkungan yang lebih baik. 

Dengan meningkatkan kesadaran, berkolaborasi, menerapkan teknologi, dan memperkuat kebijakan, kita bisa mengubah TPS menjadi pusat pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Akhir kata, mari kita mulai dari diri sendiri. Setiap langkah kecil yang kita ambil menuju pengelolaan sampah yang lebih baik akan berdampak besar bagi lingkungan dan kesehatan kita semua. Saatnya mengubah pandangan kita tentang TPS dan menjadikannya bagian dari masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Kita memiliki kekuatan untuk merubahnya, dan itu dimulai dari tindakan kita hari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun