Sampah (TPS). Sayangnya, banyak dari kita yang melihat TPS sebagai tempat kotor dan tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang dianggap sebagai sumber masalah.Â
Dalam setiap perjalanan kita di kota-kota besar, satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah kehadiran Tempat PembuanganNamun, dalam konteks perubahan yang semakin mendesak ini, seharusnya kita mulai memandang TPS bukan hanya sebagai tempat pembuangan, tetapi sebagai potensi untuk pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Di tengah isu lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, seperti polusi plastik dan pencemaran tanah, pengelolaan sampah menjadi perhatian utama. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat terus meningkat, dan banyak dari kita tidak menyadari dampaknya terhadap lingkungan.Â
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia menghasilkan sekitar 68 juta ton sampah setiap tahunnya, dan hanya sekitar 40% yang dikelola dengan baik. Sisanya? Masuk ke TPS, sungai, atau bahkan dibakar sembarangan. Ini adalah tanda bahwa sistem pengelolaan sampah kita perlu diubah secara fundamental.
Mari kita lihat dari perspektif yang lebih luas. Apa sebenarnya fungsi TPS? Dalam banyak hal, TPS berfungsi sebagai titik transit untuk sampah sebelum diolah lebih lanjut. Namun, sering kali, TPS dipenuhi dengan sampah yang menumpuk, menciptakan bau tidak sedap dan masalah kesehatan. Ini terjadi karena sistem pengelolaan yang tidak efisien dan minimnya kesadaran masyarakat.Â
Masyarakat cenderung melihat TPS sebagai "tempat buang" tanpa memikirkan konsekuensi yang lebih besar.
Bagaimana jika kita mengubah cara kita melihat TPS? Alih-alih sekadar tempat pembuangan, kita bisa menjadikannya pusat pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan. Banyak negara di seluruh dunia telah mulai mengimplementasikan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan ramah lingkungan.Â
Misalnya, di Swedia, hampir 99% sampah diolah dan dimanfaatkan kembali, baik untuk bahan baku maupun energi. Inovasi ini berfokus pada daur ulang dan pemanfaatan ulang, mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPS.
Di Indonesia, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat. Edukasi tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik harus dimulai dari usia dini.Â
Sekolah-sekolah perlu memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum, mengajarkan anak-anak tentang daur ulang, pemisahan sampah, dan cara mengurangi limbah. Jika anak-anak sejak kecil sudah dibiasakan untuk peduli lingkungan, kita dapat berharap akan ada perubahan signifikan di masa depan.
Selain pendidikan, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta juga sangat penting. Pemerintah harus berinvestasi dalam infrastruktur pengelolaan sampah yang lebih baik, termasuk pembangunan TPS yang ramah lingkungan dan fasilitas daur ulang.Â