Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menikam dari Belakang

19 Oktober 2024   12:09 Diperbarui: 19 Oktober 2024   12:19 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa yang damai, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal duduk berkumpul di warung kopi sambil menikmati segelas minuman. Suasana hangat sore itu diwarnai dengan tawa, hingga tiba-tiba topik yang lebih serius muncul.

Kobar, yang dikenal sebagai pemikir, memulai. "Kalian perhatikan tidak, teman-teman? Belakangan ini, banyak orang yang menikam dari belakang. Maksudku, bukan secara harfiah, ya, tapi dalam artian persahabatan dan kepercayaan."

Kahar mengangguk sambil mengaduk kopi. "Iya, Kob! Banyak sekali yang tampaknya bersahabat, tapi di belakang kita, mereka menyebar gosip. Seperti yang terjadi pada Rudi, kan? Dia baru saja ditinggal teman-temannya setelah ada rumor tidak jelas."

Badu, si pelawak, langsung menyela. "Eh, jangan-jangan itu salah satu strategi baru untuk dapat perhatian! 'Menikam dari belakang' jadi tren baru, kayak fashion! Siapa yang berhasil 'menusuk' paling dalam, dapat pengikut terbanyak di media sosial!"

Rijal, yang jarang berbicara, akhirnya menambahkan, "Tapi ini serius, Bad. Menikam dari belakang itu bisa sangat menyakitkan. Dalam hubungan, kepercayaan adalah segalanya. Sekali kita kehilangan kepercayaan, segalanya akan hancur."

Kobar melanjutkan, "Persis! Aku ingat ada pepatah yang bilang, 'Tajam lidah lebih berbahaya dari pada tajamnya pisau'. Kebohongan dan fitnah bisa melukai lebih dalam daripada yang kita bayangkan."

Kahar menambahkan, "Dan yang lucu, orang-orang yang menikam dari belakang itu biasanya adalah mereka yang paling sering berlagak menjadi teman terbaik. Mereka suka pamer di depan, tapi di belakang, mereka membicarakan kita."

Badu beraksi. "Iya, itu seperti drama telenovela! Mereka berperan sebagai sahabat yang setia, lalu tiba-tiba bertransformasi menjadi penjahat! Bagaimana kalau kita bikin film? 'Menikam dari Belakang: Drama Penuh Intrik'!"

Rijal menahan tawa. "Dan di akhir film, kita bisa mengajarkan tentang pentingnya kejujuran dan transparansi dalam persahabatan. Sementara itu, Kahar bisa jadi pemeran utama, memerankan 'teman setia yang dikhianati'!"

Kobar menggeleng. "Tapi, alih-alih membuat film, lebih baik kita fokus pada diri kita sendiri. Kita bisa menjadi contoh bagaimana seharusnya bersahabat. Seharusnya kita saling mendukung, bukan menjatuhkan."

Kahar setuju. "Benar, Kob! Kita harus lebih terbuka dan saling berbagi. Jika ada masalah, lebih baik kita berbicara langsung, daripada menikam dari belakang."

Badu melanjutkan, "Jadi, kita sepakat untuk jadi sahabat yang baik. Kita jangan sampai jadi 'teman yang menusuk'! Mending kita buat grup 'Sahabat Sejati' dan berbagi pengalaman!"

Rijal tertawa, "Kita bisa mengadakan pertemuan bulanan! Di sana, kita bisa berbagi cerita lucu dan pengalaman hidup, agar tidak ada yang merasa terasing!"

Kobar tersenyum, "Dan kita bisa bikin poster untuk mengingatkan semua orang bahwa 'Menikam dari belakang itu tidak keren!'"

Dengan tawa dan semangat, keempat sahabat itu bertekad untuk memperbaiki hubungan antar teman di desa mereka. Mereka menyadari bahwa kejujuran dan keterbukaan adalah kunci untuk membangun persahabatan yang kuat.

Malam itu, sambil menyeruput kopi, mereka pulang dengan tekad baru. Mereka ingin menjadi contoh bagi orang-orang di sekitar mereka bahwa persahabatan yang sejati tidak pernah mengandalkan pengkhianatan, tetapi pada kejujuran dan saling mendukung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun