Di sebuah desa yang damai, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal duduk berkumpul di warung kopi sambil menikmati segelas minuman. Suasana hangat sore itu diwarnai dengan tawa, hingga tiba-tiba topik yang lebih serius muncul.
Kobar, yang dikenal sebagai pemikir, memulai. "Kalian perhatikan tidak, teman-teman? Belakangan ini, banyak orang yang menikam dari belakang. Maksudku, bukan secara harfiah, ya, tapi dalam artian persahabatan dan kepercayaan."
Kahar mengangguk sambil mengaduk kopi. "Iya, Kob! Banyak sekali yang tampaknya bersahabat, tapi di belakang kita, mereka menyebar gosip. Seperti yang terjadi pada Rudi, kan? Dia baru saja ditinggal teman-temannya setelah ada rumor tidak jelas."
Badu, si pelawak, langsung menyela. "Eh, jangan-jangan itu salah satu strategi baru untuk dapat perhatian! 'Menikam dari belakang' jadi tren baru, kayak fashion! Siapa yang berhasil 'menusuk' paling dalam, dapat pengikut terbanyak di media sosial!"
Rijal, yang jarang berbicara, akhirnya menambahkan, "Tapi ini serius, Bad. Menikam dari belakang itu bisa sangat menyakitkan. Dalam hubungan, kepercayaan adalah segalanya. Sekali kita kehilangan kepercayaan, segalanya akan hancur."
Kobar melanjutkan, "Persis! Aku ingat ada pepatah yang bilang, 'Tajam lidah lebih berbahaya dari pada tajamnya pisau'. Kebohongan dan fitnah bisa melukai lebih dalam daripada yang kita bayangkan."
Kahar menambahkan, "Dan yang lucu, orang-orang yang menikam dari belakang itu biasanya adalah mereka yang paling sering berlagak menjadi teman terbaik. Mereka suka pamer di depan, tapi di belakang, mereka membicarakan kita."
Badu beraksi. "Iya, itu seperti drama telenovela! Mereka berperan sebagai sahabat yang setia, lalu tiba-tiba bertransformasi menjadi penjahat! Bagaimana kalau kita bikin film? 'Menikam dari Belakang: Drama Penuh Intrik'!"
Rijal menahan tawa. "Dan di akhir film, kita bisa mengajarkan tentang pentingnya kejujuran dan transparansi dalam persahabatan. Sementara itu, Kahar bisa jadi pemeran utama, memerankan 'teman setia yang dikhianati'!"
Kobar menggeleng. "Tapi, alih-alih membuat film, lebih baik kita fokus pada diri kita sendiri. Kita bisa menjadi contoh bagaimana seharusnya bersahabat. Seharusnya kita saling mendukung, bukan menjatuhkan."