Semua kembali tertawa, kali ini dengan rasa sedikit pahit, karena memang ada kebenaran dalam candaan Badu.
Kahar menghela napas panjang, "Mungkin memang sudah saatnya kita menepi sejenak, memperbaiki diri dan hati, biar nanti kita bisa kembali ke tengah hiruk-pikuk dengan lebih tenang."
Rijal menatap Kobar dan berkata dengan serius, "Tapi, menepi itu nggak berarti mengabaikan dunia sekitar, kan?"
Kobar tersenyum dan menepuk bahu Rijal, "Tentu tidak, Rijal. Menepi bukan berarti kita lepas tanggung jawab. Menepi itu untuk mereset diri, biar kita bisa menghadapi semua tantangan dengan lebih bijak. Setelah menepi, kita kembali dengan kekuatan baru."
Semua terdiam sejenak, merenungi ucapan Kobar yang malam itu entah kenapa terdengar masuk akal. Mungkin memang benar, dunia ini sudah terlalu riuh, terlalu banyak yang dipamerkan, terlalu banyak yang diinginkan. Menepi mungkin adalah jawaban sederhana yang selama ini mereka cari.
Badu, yang biasanya tak terlalu serius, mengangguk pelan. "Kayaknya ada benernya juga, Kob. Mungkin besok aku bakal coba menepi dari media sosial dulu, biar nggak pusing lihat orang pamer terus."
Kobar tersenyum puas, akhirnya malam itu ia berhasil membuat para sahabatnya sepakat. Malam yang tenang, dengan pelajaran penting: kadang, di tengah kebisingan hidup, menepi adalah cara terbaik untuk menemukan kembali ketenangan yang hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H