"Kadang hubungan itu seperti komedi. Kita bisa membuatnya lucu dengan cara pandang kita," Rijal berpendapat. "Coba kamu buat situasi itu jadi lebih ringan. Jangan terlalu serius."
"Serius? Aku sudah serius, dan sekarang dia malah menganggap aku hanya bercanda!" Kobar menjawab dengan nada frustrasi.
Kahar memikirkan sesuatu. "Bagaimana kalau kita buat simulasi? Ajak Mira ngobrol sambil kita berempat jadi karakter tambahan. Dengan begitu, kamu bisa lihat situasi dari sudut pandang yang berbeda."
Badu tertawa. "Itu ide bagus! Kita bisa jadi 'pembantu' yang membantu mengatasi masalah!"
Rijal bersemangat. "Ayo, kita panggil Mira. Kita bisa bikin skenario yang lucu dan menghibur!"
Kobar, meski ragu, setuju. "Baiklah, mari kita coba. Semoga bisa membantu."
Tak lama kemudian, mereka mengatur pertemuan di warung kopi. Mira datang dengan wajah lelah, mungkin setelah seharian bekerja. Kobar mencoba bersikap santai, meskipun dalam hatinya masih ada kekhawatiran.
"Eh, Mira! Kita mau mengajak kamu main game. Ini tentang hubungan kita," Badu berkata ceria.
Mira tampak bingung. "Game? Hubungan? Kalian ini apaan sih?"
Kahar menjelaskan, "Kita ingin kamu dan Kobar berdialog, dan kita berempat akan jadi karakter tambahan. Ini bisa jadi cara seru untuk melihat bagaimana komunikasi kalian."
Mira tertawa. "Oke, ini terdengar konyol. Tapi kenapa tidak?"