Badu langsung bereaksi. "Lah, Kobar! Kenapa tidak bilang dari dulu? Kita semua butuh saling dukung! Seharusnya kita bisa lebih terbuka."
Setelah beberapa cerita lucu dan sedikit mengharukan, mereka merasa lebih dekat. Kobar kemudian berkata, "Jadi, kita semua sepakat, ya? Teman yang sebenarnya adalah yang mau mendengarkan dan berbagi."
"Setuju!" serentak mereka menjawab.
Kahar menambahkan, "Kita perlu sering-sering ngumpul seperti ini. Supaya kita bisa tahu apa yang terjadi dalam hidup satu sama lain."
Badu dengan semangat berkata, "Ayo, kita buat agenda ngopi mingguan! Sekalian bisa berbagi kisah seru!"
Rijal tersenyum. "Dan siapa tahu, di setiap ngopi, kita bisa menemukan teman sejati dalam diri kita masing-masing."
Saat malam semakin larut, tawa dan canda kembali menghiasi warung kopi Bu Tini. Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal menyadari bahwa persahabatan bukan hanya tentang kebersamaan saat senang, tetapi juga tentang saling memahami dan mendukung dalam segala situasi.Â
Dan dengan cara itulah mereka menjadi teman yang sebenarnya, tak hanya sekadar dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H