Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebiasaan Buruk

16 Oktober 2024   17:03 Diperbarui: 16 Oktober 2024   17:07 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah desa kecil yang penuh warna, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal adalah sahabat yang tak terpisahkan. Mereka sering berkumpul di warung kopi Bu Tini, tempat di mana semua kebiasaan baik dan buruk terjadi. Suatu sore, setelah menghabiskan waktu lama di warung, Kobar mengeluh tentang kebiasaan buruk yang mulai mengganggu hidupnya.

"Aku rasa sudah saatnya kita mengubah kebiasaan buruk kita, teman-teman," ujar Kobar sambil menyeruput kopi.

Kahar, yang selalu penuh dengan ide, langsung merespons, "Benar! Kebiasaan buruk itu bisa mengganggu hidup kita. Seperti Badu yang selalu datang terlambat!"

Badu, yang sedang asyik menambahkan gula ke dalam kopinya, mendengus. "Aku tidak terlambat! Aku hanya 'mendalami' waktu."

Rijal, yang duduk di sudut dengan gaya santai, menimpali, "Sebenarnya, kebiasaan buruk bukan hanya tentang datang terlambat, tetapi juga tentang hal-hal kecil, seperti Kobar yang selalu lupa mengembalikan buku pinjaman!"

Kobar merespons dengan senyuman malu. "Oke, aku memang sering lupa. Tapi setidaknya, aku tidak mengembalikan buku dengan halaman yang robek, seperti Rijal!"

"Hey, itu tidak adil!" jawab Rijal dengan nada defensif. "Itu bukan kebiasaan buruk, itu hanya kebetulan!"

Kahar, tidak mau kalah, menambahkan, "Tapi kebiasaan buruk bisa menghalangi kita untuk maju. Kita harus membuat komitmen untuk mengubahnya!"

Badu yang penasaran, bertanya, "Jadi, bagaimana cara kita mengubah kebiasaan buruk ini?"

Kobar berpikir sejenak dan berkata, "Bagaimana kalau kita buat tantangan? Setiap dari kita harus memilih satu kebiasaan buruk yang ingin kita ubah dalam seminggu dan melaporkannya di sini!"

Semua setuju, dan Kahar mencatat kebiasaan buruk mereka. Kobar memilih untuk tidak lagi melupakan buku pinjaman, Kahar berjanji untuk lebih rajin berolahraga, Badu memilih untuk datang tepat waktu, dan Rijal memutuskan untuk tidak mengabaikan tanggung jawabnya.

Setelah seminggu berlalu, mereka kembali berkumpul di warung Bu Tini. Kobar membuka pertemuan. "Oke, teman-teman! Siapa yang mau mulai?"

Kahar melangkah maju. "Aku! Selama seminggu ini, aku mencoba untuk berolahraga setiap hari. Meskipun aku hanya bisa berlari selama sepuluh menit, aku merasa lebih baik!"

"Bagus, Kahar!" seru Badu.

Giliran Badu. "Aku berhasil datang tepat waktu ke warung! Bahkan, aku datang sepuluh menit lebih awal!"

"Wah, itu prestasi luar biasa!" ujar Rijal sambil bertepuk tangan.

"Sekarang giliranmu, Rijal!" Kobar mendorongnya.

Rijal mengangkat bahu. "Sebenarnya, aku sudah berusaha untuk lebih bertanggung jawab, tetapi aku masih sering lupa mengerjakan tugas. Hanya saja, aku tidak mengabaikannya lagi. Itu juga kemajuan, kan?"

"Ya, itu kemajuan!" Kahar setuju. "Yang penting adalah usaha!"

Kobar, dengan penuh percaya diri, mengumumkan, "Aku berhasil mengembalikan semua buku pinjaman! Tidak ada halaman yang robek!"

Semua bersorak gembira, tetapi tiba-tiba, Rijal mengangkat tangan. "Tunggu, aku punya pertanyaan. Apa yang terjadi jika kita kembali ke kebiasaan buruk kita setelah seminggu ini?"

"Kalau itu terjadi, kita bisa ulang tantangan ini!" jawab Kahar.

Badu menambahkan, "Atau kita bisa membentuk kelompok dukungan, 'Tim Perubahan Kebiasaan Buruk'!"

Kobar tertawa. "Aku suka ide itu! Kita bisa saling mengingatkan dan mendukung satu sama lain."

Akhirnya, mereka sepakat untuk melanjutkan tantangan dan memperluasnya menjadi sebuah kelompok dukungan. Mereka menghabiskan sisa sore dengan berdiskusi tentang kebiasaan baik yang ingin mereka tanamkan dan bagaimana cara melakukannya.

Setelah beberapa waktu, Kobar merasa lebih bersemangat dan termotivasi. "Teman-teman, kita bisa membuat perubahan besar! Kita harus memperluas tantangan ini ke desa! Kita bisa ajak orang-orang lain untuk mengubah kebiasaan buruk mereka!"

"Hebat!" seru Kahar. "Kita bisa mulai dengan kampanye di warung Bu Tini!"

Rijal, dengan gaya humorisnya, berkata, "Dan jangan lupa, kita harus membuat poster besar dengan gambar kita di depan warung! Kita bisa menulis 'Berani Mengubah Kebiasaan Buruk!'"

Badu menambahkan, "Atau 'Kebiasaan Buruk, Habis Sudah!'"

Semua tertawa, dan semangat mereka semakin tinggi. Dengan semangat kebersamaan, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal bertekad untuk mengubah kebiasaan buruk mereka dan mendorong orang-orang di sekitar mereka untuk melakukan hal yang sama.

Keesokan harinya, mereka mengumpulkan warga desa dan menjelaskan ide mereka. Beberapa warga tampak antusias, sementara yang lain skeptis.

"Apakah kalian benar-benar bisa mengubah kebiasaan buruk kalian?" tanya seorang nenek.

"Kenapa tidak?" jawab Kobar dengan semangat. "Dengan usaha dan dukungan, kita bisa melakukan apa saja!"

Badu menambahkan, "Dan kita akan saling mengingatkan! Jadi, jika kita melihat satu sama lain kembali ke kebiasaan buruk, kita bisa bilang, 'Ayo, jangan kembali!'"

Akhirnya, desa itu bersatu untuk menciptakan perubahan positif. Kegiatan demi kegiatan dilakukan, dan mereka semua merasakan manfaat dari kebiasaan baik yang baru.

Kobar dan kawan-kawan menyadari bahwa meskipun mengubah kebiasaan buruk itu tidak mudah, dengan dukungan satu sama lain, mereka bisa mencapai tujuan mereka. Dan begitu mereka melangkah maju, tidak hanya kebiasaan buruk yang hilang, tetapi juga rasa persahabatan dan solidaritas di antara mereka semakin kuat.

Dari sana, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal belajar bahwa perubahan itu dimulai dari diri sendiri, dan keberanian untuk mengubah kebiasaan buruk bisa menginspirasi orang lain. Dan dengan tawa, mereka terus berjuang untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri, sambil menikmati kopi hangat di warung Bu Tini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun