Kobar terdiam sejenak. "Tentu, kami ingin belajar dari orang lain!"
Setelah berkeliling desa, mereka kembali ke tepi sungai untuk membahas hasil survei. "Jadi, bagaimana pendapat orang tentang kita?" tanya Kobar.
Kahar mulai membaca catatannya. "Ibu Siti bilang aku skeptis, tapi juga realistis. Badu, orang-orang bilang kau sangat santai, sampai-sampai kadang mereka tidak yakin apakah kau sadar atau tidak!"
Badu menggaruk kepalanya. "Eh, mungkin saya hanya menikmati hidup dengan cara saya sendiri, kan?"
Rijal tertawa. "Aku rasa kita semua perlu memahami diri sendiri dengan lebih baik! Mari kita coba menciptakan momen-momen introspeksi!"
Kobar mengusulkan, "Bagaimana kalau kita coba latihan meditasi? Ini bisa membantu kita memahami diri sendiri lebih dalam."
Badu menguap, "Meditasi? Apakah itu tidak seperti tidur siang dengan mata terbuka?"
Kahar dan Rijal mengangguk setuju, dan mereka pun memutuskan untuk mengadakan sesi meditasi di tepi sungai. Mereka duduk dengan tenang, menutup mata, dan berusaha memahami diri mereka sendiri.
Namun, tidak lama kemudian, Badu tidak bisa menahan rasa kantuknya dan terlelap. Kobar, Kahar, dan Rijal mencoba tetap fokus. Kobar mulai berbicara, "Aku ingin menjadi orang yang lebih ceria dan optimis, meskipun kadang aku merasa cemas!"
Kahar menyambung, "Aku ingin lebih percaya pada diri sendiri dan tidak selalu meragukan segalanya. Mungkin kita semua perlu sedikit lebih terbuka terhadap perubahan."
Rijal mengangguk, "Dan aku ingin lebih menghargai diri sendiri, tidak hanya sebagai optimis, tetapi sebagai seseorang yang bisa memberikan pengaruh positif."