Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

15 Oktober 2024   15:38 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:15 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa kecil yang tak terlalu dikenal, terdapat empat sahabat karib: Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal. Mereka sering berdebat tentang banyak hal, terutama tentang bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik. 

Meski tak satupun dari mereka yang benar-benar memahami apa artinya itu, mereka terus-menerus mencoba berbagai cara untuk meningkatkan diri.

Suatu hari, Kobar datang dengan sebuah ide gila. "Geng, kita harus mengikuti seminar tentang menjadi pribadi yang lebih baik! Dengar-dengar, pematerinya itu seorang motivator terkenal!" serunya dengan semangat.

Kahar, yang selalu skeptis, menggelengkan kepala. "Buat apa? Kita sudah cukup baik! Apalagi, siapa yang mau bayar tiket seminar itu?"

Badu, yang lebih suka tidur daripada berdiskusi, menanggapi dengan malas. "Jadi, kita bayar untuk diberi tahu bahwa kita harus lebih baik? Aku lebih suka bayar untuk tidur."

Namun, Rijal, yang selalu optimis, berkata, "Kita bisa mencari sponsor! Mari kita ajak Pak Lurah, dia pasti mau membantu kita!"

Mereka pun sepakat untuk meminta bantuan Pak Lurah. Setelah berjam-jam menunggu, mereka akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bertemu. Pak Lurah, yang biasanya sibuk, mengangguk setuju dan menawarkan untuk membayar tiket seminar tersebut asalkan mereka mau membantu membersihkan taman desa setelah seminar.

Dengan semangat baru, mereka berangkat ke seminar. Di dalam ruang seminar, suasana terasa magis. Semua peserta mendengarkan dengan antusias saat motivator berbicara tentang pentingnya menjadi pribadi yang lebih baik.

"Untuk menjadi lebih baik, kita harus mulai dari dalam diri kita! Kita harus menggali potensi yang terpendam!" teriak sang motivator dengan suara berapi-api.

Kobar terlihat terpesona, sementara Kahar mengerutkan dahi. "Gali potensi? Potensi apa? Aku bahkan tidak bisa menggali tanah untuk menanam sayuran!"

Setelah seminar, mereka berdiskusi tentang apa yang mereka pelajari. "Kita harus membuat perubahan, mulai dari hal kecil," kata Kobar. "Misalnya, aku akan mulai berolahraga!"

Kahar menimpali, "Bagus, Kobar! Tapi jangan sampai terjatuh saat berolahraga, ya."

Badu, yang terbangun dari tidurnya, ikut berkomentar, "Berolahraga? Kenapa tidak kita ganti dengan tidur siang? Itu juga bisa menjadi 'perubahan'!"

Rijal, yang mencoba tetap fokus, berkata, "Kita bisa mulai dengan hal sederhana. Mari kita berbagi tugas! Kobar bisa olahraga, Kahar bisa belajar memasak, Badu bisa merawat tanaman, dan aku akan belajar bicara lebih baik!"

Setelah seminggu menjalani perubahan yang mereka rencanakan, Kobar berlari setiap pagi, Kahar mencoba memasak, Badu merawat tanaman dengan cara tidur di dekatnya, dan Rijal berlatih berbicara dengan diri sendiri di depan cermin.

Suatu hari, mereka berkumpul di taman desa setelah menyelesaikan tugas masing-masing. Kobar yang terlihat lelah, berkata, "Olahraga itu berat, tapi aku merasa lebih baik!"

Kahar dengan bangga menunjukkan masakan yang dia buat, meski hasilnya lebih mirip 'gugur gunung' daripada makanan. "Ini dia, masakan pertamaku! Apa ada yang mau mencoba?" tanyanya sambil tersenyum.

Badu, yang masih setia tidur, membuka mata dan berkata, "Kenapa tidak kita coba tidur siang setelah makan? Itu juga bisa menjadi kebiasaan baik!"

Rijal, yang ingin membangun kepercayaan diri, berkata, "Aku akan mencoba berpidato tentang hidup sehat!" Ia berdiri dan berusaha berpidato, namun di tengah jalan, ia tiba-tiba melupakan semua yang telah dipelajarinya.

Lalu, Kobar bertanya, "Kenapa kita tidak membuat kompetisi untuk melihat siapa yang bisa menjadi pribadi yang lebih baik dalam seminggu?"

Mereka pun sepakat, dan kompetisi itu menjadi sangat lucu. Kahar gagal memasak dan malah memanggil tukang masak. Badu terus tidur di mana-mana dan justru mendapatkan banyak pujian sebagai "Badu si Pengendara Mimpi." Rijal gagal berbicara di depan umum, tetapi dia berhasil mengumpulkan penggemar saat membacakan puisi yang dia tulis.

Ketika minggu berakhir, mereka berkumpul di taman. Kobar berkata, "Jadi, siapa yang merasa jadi pribadi lebih baik?"

Kahar mengangkat tangan. "Aku! Karena aku telah belajar bahwa masakan yang gagal pun bisa membuat orang tertawa!"

Badu mengangguk, "Dan aku! Karena tidur siang adalah pilihan yang sangat baik!"

Rijal tersenyum. "Mungkin kita semua sudah lebih baik, bukan dari segi kemampuan, tetapi dari cara kita bisa tertawa bersama."

Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal menyadari bahwa meski mereka tidak menjadi pribadi yang sempurna, mereka telah menemukan kebahagiaan dalam usaha mereka dan persahabatan yang kuat.

Dan sejak saat itu, mereka terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, dengan cara mereka sendiri---melalui tawa, kesalahan, dan pelajaran hidup yang selalu menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun