Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, kita semakin sering melihat pemandangan yang sebenarnya cukup menggelitik. Di lingkungan perkotaan, tetangga bisa tinggal bersebelahan, namun saling tidak mengenal. Seseorang bisa tinggal bertahun-tahun di suatu tempat tanpa tahu siapa yang tinggal di sebelah rumahnya. Bahkan, jika bertemu di depan pagar pun, hanya seulas senyum atau anggukan singkat yang dilemparkan, seolah-olah mereka adalah orang asing yang kebetulan melintas.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi juga mulai menjalar ke pinggiran kota dan daerah yang dulu kental dengan rasa kekeluargaan. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa hubungan antar tetangga semakin renggang? Dan, lebih penting lagi, apakah kita terlalu sibuk untuk peduli dengan orang yang tinggal di sekitar kita?
Dunia yang Terlalu Sibuk
Salah satu alasan utama mengapa ketidakpedulian terhadap tetangga semakin terasa adalah kesibukan yang tak kunjung berhenti. Dalam kehidupan modern yang serba cepat, waktu seakan menjadi barang yang langka. Pekerjaan, karier, dan rutinitas harian menyita hampir seluruh perhatian kita. Ketika sudah selesai dengan pekerjaan, kebanyakan orang lebih memilih pulang ke rumah, beristirahat, dan menikmati hiburan digital. Tak heran, interaksi sosial dengan tetangga menjadi sesuatu yang sering terabaikan.
Jika dipikirkan lebih lanjut, kita semakin jarang memiliki waktu untuk berbincang santai di depan rumah atau saling mengunjungi untuk sekadar bertanya kabar. Kehidupan yang semakin individualis menjadikan interaksi dengan tetangga sebagai hal yang diprioritaskan lebih rendah, kalah dengan serangkaian aktivitas dan kesibukan lain yang dianggap lebih penting.
Teknologi: Mendekatkan yang Jauh, Menjauhkan yang Dekat
Teknologi, yang seharusnya membantu mendekatkan manusia, ironisnya justru sering membuat kita semakin jauh dari orang-orang di sekitar kita. Kita mungkin lebih akrab dengan teman-teman di media sosial daripada tetangga di sebelah rumah. Di era digital ini, banyak dari kita yang lebih memilih berinteraksi melalui layar daripada tatap muka.
Bayangkan, betapa sering kita melihat seseorang lebih sibuk dengan ponselnya saat berjalan di lingkungan perumahan, bahkan ketika tetangganya lewat di samping mereka. Obrolan kecil yang dulu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, seperti menyapa tetangga saat mengambil surat atau memotong rumput, kini jarang terjadi. Padahal, interaksi sederhana seperti itu bisa memperkuat hubungan sosial yang selama ini kita abaikan.
"Bukan Urusan Saya"
Di samping kesibukan dan pengaruh teknologi, ada juga masalah sikap yang berkembang: apatisme. Banyak orang merasa bahwa urusan tetangga adalah urusan mereka sendiri. Jika ada masalah yang terjadi di sekitar, seperti tetangga yang sedang kesulitan atau membutuhkan bantuan, respons yang sering muncul adalah "Itu bukan urusan saya." Ketidakpedulian ini membuat lingkungan kita terasa lebih dingin dan kurang ramah.