Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Teruntuk Dinna

1 September 2024   06:46 Diperbarui: 1 September 2024   06:48 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dinna, 

kau adalah mentari pagi 

yang menyelinap masuk 

di sela tirai jendela, 

menyentuh pipiku dengan lembut 

seperti doa-doa di sela isak

yang kau ucapkan 

di tiap subuh yang hening.

Kau adalah angin sepoi 

yang membawa harum tanah 

setelah hujan, 

membangkitkan ingatan 

tentang langkah-langkah kecil 

di jalan-jalan yang dulu kita pijak 

bersama, 

mengiringi senyummu 

yang menyimpan semua jawab.

Dalam pelukanmu, 

aku menemukan rumah, 

tempat di mana resah 

menjadi tenang, 

dan mimpi-mimpi kita 

menjadi nyata, 

seperti kertas yang kau lipat 

menjadi burung-burung 

yang terbang di atas awan.

Dinna, 

namamu adalah lagu 

yang terus berputar 

di kepala, 

melodi lembut 

yang menenangkan jiwa, 

menjadi suara 

yang selalu ingin kudengar 

di antara bising dan senyap.

Cintamu, 

adalah langit malam 

yang dipenuhi bintang, 

memberi cahaya 

di gelap yang tak berujung, 

menghangatkan hati 

yang dingin dan rapuh, 

seperti api kecil 

yang tetap menyala 

meski angin berhembus kencang.

Dan saat hari-hari 

terasa panjang, 

kau adalah jam pasir 

yang terus mengalir, 

mengajarkanku bahwa waktu 

adalah sekedar kata, 

tak lebih dari cerita 

yang kita tulis bersama 

dengan tinta kasih 

yang tak pernah habis.

Dinna, 

kau adalah bumi 

yang setia menopang langkahku, 

tak pernah goyah 

meski badai datang, 

menjadi pijakan kuat 

di setiap perjalanan, 

mengingatkanku bahwa cinta 

tak pernah mengenal kata lelah.

Dinna, 

kau adalah puisi 

dalam setiap hela nafas, 

baris-baris indah 

yang tak pernah selesai, 

menjadi kanvas kosong 

di mana kita lukis mimpi 

dengan warna-warni 

yang hanya kita mengerti.

Dan dalam setiap tatapanmu, 

aku menemukan diriku 

yang sejati, 

di sana, 

di dalam matamu yang teduh, 

ada aku yang selalu ingin 

menjadi lebih baik 

untukmu, 

untuk cinta yang tak pernah 

kehilangan makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun