hanya membiarkan puisiÂ
tentang kemiskinanÂ
mengalir dalam udara yang kering.
Di ruang sempit ini,Â
kami menulis surat untuk masa depan,Â
menunggu balasanÂ
dari angin yang tidak pernahÂ
mengetuk pintu kami,Â
sementara dunia terusÂ
menghitung detik,Â
tanpa mendengarÂ
luka yang kami simpan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!