Di jalanan yang berkerikil,Â
kami menari di atas pecahan mimpi,Â
setiap langkah seperti dentingÂ
koin-koin kosong,Â
kaki kami bergetarÂ
di antara celah-celah kesenjanganÂ
yang tak kunjung terisi.
Rumah kami adalah ilusiÂ
di balik dinding kardus,Â
kita tidur di bawah bintang-bintangÂ
yang terjauh dari jangkauan,Â
menjaga api yang mulai pudarÂ
dari ujung kerumunanÂ
yang tak peduli pada dingin.
Di dapur berasap,Â
kami meracik hariÂ
dari serpihan sisa makanan,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!