lupa pada tangan-tanganÂ
yang dulu mengangkatmuÂ
dari gelap.Â
Dari menara tinggiÂ
kau lihat kami kecil,Â
seperti titik-titik di petaÂ
yang tak pernah kau ingat.Â
Sementara di sini,Â
kami mengeja hidupÂ
dengan huruf-huruf rusak,Â
mencari artiÂ
di antara cela dan dosa.
Kau pemimpin,Â
tapi apakah kau tahuÂ
bahwa kami berjalanÂ
di atas tanah yang sama?Â
Bahwa kami bernapasÂ
dengan udara yang sama,Â
meski beda dunia?Â
Di atas mimbar,Â
kau tetap bicara,Â
sedangkan kamiÂ
terperangkap dalam diam,Â
mencoba mengingatÂ
seperti apa suaraÂ
yang bebas.
Suatu hari,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!