Langit merekah, mengukir kesepian pada awan,Â
Di bawahnya, aku berdiriÂ
beku tanpa gema,Â
Satu titik hujan, seolah menyerah
jatuh tanpa suara.Â
Senyum ini seperti dinding berlubang,Â
Memantulkan rasa yang kosong,
sunyi dalam kebisingan,Â
Wajah-wajah tak tampak,
hanya bayang yang berserakan.Â
Aku membaca surat tanpa alamat,Â
Tulisan tangan yang tidak pernah sampai,Â
Kata-kata pudar, tercetak di lembaran waktu.Â
Keberadaan terasa seperti gema yang memudar,Â
Di ruang ini, aku mencari artinya,Â
Namun hanya cermin yang membalas, tanpa refleksi.Â
Kesedihan ini tidak berbicara,Â
Hanya mengusik angin dengan nada-nada hampa,Â
Dan aku, terjebak dalam puisi yang tak pernah ditulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H