Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Hidangan Pindang Ikan Khas Palembang Penggoda Selera

1 Februari 2025   06:07 Diperbarui: 1 Februari 2025   09:39 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidangan pindang ikan khas Palembang (dokumen pribadi)

TANPA upaya mencari tahu lebih dalam, membaca tulisan Bahrein pikiran berasosiasi tentang hidangan Timur Tengah.

Ternyata keliru. Rumah makan di daerah Bantarjati, Kota Bogor, itu menyediakan masakan khas Palembang. Tidak menjadi soal, hidangan ibukota Provinsi Sumatra Selatan ini sangat menggoda selera.

Siapa tidak kenal pempek?

Rasa gurih pempek berpadu dengan cuko membentuk citarasa gurih, asam, manis, sekaligus pedas. Sulit menghentikan kunyahan sebelum pempek dan kuah pelengkapnya di dalam piring tandas.

Selain itu, saya pernah mencoba hidangan lainnya, yaitu tekwan dan pindang ikan.

Pindang Meranjat. Pertama kali menyantap masakan berkuah dari bahan ikan baung kira-kira empat puluh tahun yang lalu, di Prabumulih, 112 kilometer dari Palembang, kata Google Maps.

Konon, olahan pindang Meranjat berasal dari Ogan Ilir, Sumatra Selatan. Sedang, ikan baung adalah ikan sungai yang berkerabat dengan lele.

Rasanya?

Amboi! Waktu itu terpaksa minta satu piring nasi tambahan, bukan setengah, untuk menemani daging menyelip di kepala patin dan kuah yang terasa luar biasa. Menurut almarhum Bondan Winarno, mirip dengan rasa masakan Thailand: Tom Yam. 

Namun, kini saya sulit mengingat rasanya secara utuh.

Kebetulan, di rumah makan Bahrein terdapat menu Pindang Patin Asam Pedas, yang langsung saya pesan bersama sambal mangga, rujak mi, dan segelas jeruk nipis peras hangat.

Air jeruk nipis dan rujak mi terlebih dulu disajikan. Butuh waktu untuk memasak pindang ikan patin.

Selama menunggu, saya menjajal rujak mi, yang ternyata mi bercampur dengan bihun, pempek, tahu goreng, dan mentimun. Kuantitas mi mendominasi.

Rujak mi dan cuko (dokumen pribadi)
Rujak mi dan cuko (dokumen pribadi)

Setelah ditambahkan cuko, memakan rujak mi terasa tidak jauh berbeda dengan menyantap pempek. Gurih, manis, asam, pedas. Lumayan menambal ruang kosong di lambung.

Saya rasa, rujak mi tidak bisa disebut sebagai makanan umpan tekak (appetizer). Ia bisa dianggap semacam makanan utama (main course).

Hidangan berikutnya amatlah merangsang. Lupa bahwa perut sudah lumayan kenyang, saya ingin segera menyantap Pindang Patin Asam Pedas itu.

Sebetulnya, saya belum pernah merasakan nikmatnya makan patin. Pengalaman pertama dan terakhir menyantap patin bakar dalam bambu adalah di daerah Cimanggis, Depok.

Bumbunya asin. Asin keterlaluan yang membuat saya tidak ingin mencobanya lagi. Bahkan, saya enggan mencoba masakan berbahan ikan patin.

Maka. sempat ada keraguan ketika memesan pindang ikan patin di Bahrein, tapi keinginan merasakan kembali masakan pindang khas Palembang lebih menguasai. Mudah-mudahan lidah bisa menerima rasa daging patin.

Seruput sesendok kuah cokelat kemerahan, perlahan membangkitkan lagi ingatan tentang kelezatan masakan pindang ikan khas Palembang.

Dalam kuah terdapat potongan ikan patin, nanas, kacang panjang dipotong pendek, daun kemangi. Darinya, menguar aroma yang merangsang keinginan menciduk kuah dan cuilan ikan, untuk ditambahkan ke nasi.

Sesendok nasi hangat, kuah, daging patin, dan sambal mangga tanpa ragu memasuki rongga mulut. Kunyahan pertama membuat lidah mendapatkan pengalaman rasa yang menyenangkan. Tidak membosankan.

Saya tidak menyangka, daging ikan patin yang putih terasa lembut dan gurih.

Gabungan rasa patin dan kuah berbumbu membuat mulut tidak berhenti mengunyah. Tidak perlu waktu lama, mangkuk kering tiada isi. Piring tidak menyisakan, bahkan, satu butir nasi saja.

Hanya teronggok tulang ikan dan sendok makan yang tidak bisa dikunyah. Keras.

Hidangan Pindang Patin Asam Pedas tidak hanya mengembalikan ingatan tentang rasa gurih, asam, dan pedas yang sangat menggoda selera, tetapi ia memberikan pengalaman baru tentang rasa daging ikan patin yang lembut dan gurih.

Dari itu pula, saya akan menyukai olahan ikan patin, asal bumbunya tidak terlalu asin.

Lain waktu, saya akan mencoba olahan ikan patin dengan tempoyak. Penasaran dengan rasa Pindang Patin Tempoyak yang tercetak pada dalam datar menu.

Daftar menu (dokumen pribadi)
Daftar menu (dokumen pribadi)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun