Selain mencari tanah yang sudah ditumbuhi rerumputan, di Citepus kami menunaikan ibadah salat Zuhur. Rencananya, akan makan masakan seafood di salah satu warung yang memenuhi pantai. Tentunya, saya akan mengabadikan keseruan memasak dan menyantap makanan hasil laut. Â
Gerimis hingga hujan deras menemani petualangan di tiga lokasi. Bagus kami sudah antisipasi, membawa payung lipat dan jas hujan.
Kami bersepakat untuk segera kembali ke terminal Pelabuhan Ratu. Pertimbangannya, kami harus ada di terminal sebelum matahari tenggelam di garis hoizon Teluk Pelabuhan Ratu, berhubung bus terakhir menuju Bogor pukul 17.00 WIB. Makan bisa mencari di sekitar terminal.
Lagi pula, menunggu angkot di sana lumayan lama. Bisa sambil menelan sepotong pisang goreng tanduk, bahkan, menghabiskan kopi seduh dalam gelas plastik.
Sebelum terminal, sopir angkot di rumah makan Geksor. Setelah bertanya, kami memesan pesan sup ikan marlin. Ikan layur bakar, bawal bakar, gulai jantung pisang, sambal. Ambil sendiri. Prasmanan. Lalapan di meja.
Perut lapar, lantaran makan siang terlalu sore, membuat saya tidak memfotoi hidangan. Baru teringat setelah isi piring kosong. Saya cerita saja: lezat, karena dimasak dari ikan-ikan segar. Dah, itu aja.
Bus berangkat jam setengah lima. Berhenti di satu tempat Pelabuhan Ratu cukup lama. Selama menunggu keberangkatan, saya bertanya kepada kerabat, untuk apa mencari-cari tanah di beberapa lokasi Pantai.
Ia mengatakan, libur panjang akhir Januari ini adalah kesempatan mencari tanah sesuai spesifikasi. Ia sedang melakukan percobaan, mengamati proses dari waktu ke waktu, dan mencatat hasil penelitian.