Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menakar Harga Seporsi Makan Bergizi Gratis

10 Januari 2025   06:08 Diperbarui: 10 Januari 2025   18:36 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kotak makan bergizi gratis (MBG).[KOMPAS.com/DINDA AULIA RAMADHANTY]

SENIN 6 Januari 2025 adalah hari pertama peluncuran program Makan Bergizi Gratis (MBG) di 26 provinsi di Indonesia.

MBG, Makan Bergizi Gratis merupakan program inisiatif Pemerintah. Target penerimanya adalah anak sekolah, anak balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Sebagai pelaksana program, Badan Gizi Nasional menyiapkan tiga skema pengolahan MBG. Satu, membuat dapur sendiri. Dua, menggandeng lembaga negara lainnya (kodim, polres, pemda). Tiga, bekerja sama dengan pihak swasta.

Untuk tahap pertama BGN menyiapkan 190 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), yang berfungsi sebagai dapur dan pendistribusian MBG. Rencananya, awal Maret mendatang akan beroperasi 937 SPPG untuk menjangkau lebih banyak penerima.

Satu unit SPPG dikendalikan oleh 1 Kepala dibantu oleh 1 ahli gizi, 1 akuntan, dan pekerja lainnya (asisten lapangan, tim persiapan, juru masak, tim pemorsian, sopir, pegawai pencucian alat, dan petugas kebersihan).

APBN 2025 menggelontorkan anggaran Rp71 triliun untuk program MBG. Dipecah dua, Rp63,356 triliun untuk pemenuhan gizi nasional dan Rp7,433 triliun  untuk program dukungan manajemen (sumber).

Targetnya, sebanyak 19,47 juta jiwa akan penerima MBG di tahun 2025. Patokan harga per porsi adalah Rp10.000, terdiri dari karbohidrat, lauk, sayur, dan buah disesuaikan dengan bahan yang tersedia (sumber).

Cukupkah harga itu mendapatkan seporsi makanan bergizi?

Bila harga pedoman tersebut mengambil harga warung nasi, atau rumah makan Padang dengan paket harga Rp12.000, rasanya tidak mudah dipenuhi. Kalaupun memungkinkan, porsinya akan lebih kecil. Rasanya itu kurang memadai.

MBG dapat dipenuhi dengan kisaran harga Rp10.000 (bisa kurang atau lebih tergantung lokasi), karena belanja keperluan bahannya menggunakan actual cost dan tidak mengambil margin. Tidak dikenakan biaya tambahan atas produk olahan .

Berbeda dengan perlakuan di Food and Beverages Business, yang memungut selisih berupa penambahan biaya overhead, keuntungan, dan sebagainya pada produk yang telah diolah.

Sehingga, pada usaha penjualan makanan dan minuman dikenal adanya perhitungan cost price, yaitu rasio antara pembelian bahan baku dengan penjualan Dinyatakan dalam persentase dan disebut dengan food cost.

Food cost bisa berbeda di antara satu usaha dengan bisnis kuliner lainnya. Tergantung beban yang ditanggung oleh F&B Business tersebut, meliputi biaya: tenaga kerja, utilitas (gas, listrik, air), sewa tempat, promosi, keuntungan, dan sebagainya.

Semakin kompleks skala usaha kuliner, makin lebar pula rentang margin diterapkan. Bisa jadi, restoran akan menentukan food cost antara 28% hingga 35%. Sebaliknya, warung lebih sederhana mengambil kebijakan 50-60 persen food cost.

Intinya, selisih antara penjualan dan pembelian bahan digunakan untuk menutup harga bahan, biaya-biaya, dan menghasilkan keuntungan.

Harga patokan MBG tidak setara dengan penetapan harga nasi, lauk, sayur, dan buah pada bisnis kuliner komersial.

Harga MBG dihitung berdasarkan actual cost, yang hanya menambahkan komponen perolehan bahan baku (raw material) dan (bisa jadi) biaya utilitas. Beban gaji pegawai, biaya distribusi, dan keuntungan tidak ada di dalam harga tersebut.

Maka, harga patokan Makan Bergizi Gratis Rp10.000 per porsi berterima di dalam pemahaman saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun