Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tanggal Satu Tahun Baru adalah Momentum Menikmati Slow Living

3 Januari 2025   06:07 Diperbarui: 3 Januari 2025   06:55 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tanggal satu tahun baru yang sepi dan tidak bising (dokumen pribadi)

Sibuk dan bergegas agar tidak kalah dalam kompetisi, baik dalam pekerjaan pun kegiatan usaha. Melakukan multitasking. Satu tugas belum selesai sudah datang pekerjaan berbeda dan seterusnya. Tugas bertumpuk-tumpuk dalam satu waktu.

Sampai kemudian penyakit kronis seketika menghentikannya. Hidup menjadi lambat, lantaran kini tubuh tidak bisa bercepat-cepat. Menjadi hambar dan tawar, karena konsumsi GGL (gula, garam, lemak) dibatasi. Sedihlah kalau diceritakan semua.

Keadaan itu memunculkan satu kesadaran, kendati terlambat, sangat terlambat, terlalu terlambat dan mungkin tidak berpengaruh bagi saya, yaitu bahwa slow living sangat berarti untuk hidup nyaman secara berkelanjutan.

Seandainya boleh disesali, alangkah lebih baik bila dulu saya berada dalam keadaan tidak tergesa-gesa, sibuk, diburu waktu, tugas bertumpuk-tumpuk, dan gaya hidup ruwet lainnya.

Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Tidak juga menjadi bubur ayam, yang masih enak disantap.

Waktu itu, daripada hidup di kota besar bersibuk-sibuk, lebih baik saya tinggal di daerah tenang. Bisa memandang gunung sambil menyeruput kopi dan makan singkong goreng dalam suasana sejuk dan nyaman.

Namun, tidak selamanya slow living tergantung pada tempat. Sekian puluh tahun lalu, Kota Bogor memenuhi syarat sebagai daerah permukiman tenang, sejuk, nyaman, dengan latar belakang Gunung Salak.

Sebagian warga saling mengenal, setidaknya saling mengetahui. Kegiatan sejenak berhenti di sekitar waktu Maghrib. Toko-toko termasuk di pecinan tutup setelah Isya.

Setelah itu, jalanan sepi. Rasanya, semua orang tidak bergegas, kecuali yang terbirit-birit ke kamar mandi, berhubung ada desakan tak tertahankan.

Kini Kota Bogor yang hidup siang malam menampilkan wajah berbeda. Pengguna jalan bersicepat pada jam sibuk. Macet. Bising. Ruwet. Cenderung panas. Bangunan-bangunan hotel bertingkat-tingkat merobohkan pohon-pohon tua. Boleh dibilang, kesibukan metropolis berpindah ke Kota Hujan

Kota Bogor menjadi kota tergesa-gesa yang kehilangan tenang, sejuk, dan suasana nyamannya. Rasanya, kini kurang memenuhi syarat sebagai tempat untuk menjalankan gaya hidup lebih lambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun